Oleh Riski Maruto
Palu (ANTARA News) - Kue Tetu bagi masyarakat Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), senantiasa menjadi jajanan wajib saat berbuka puasa wajib di bulan Ramadhan. Kue yang terbuat dari tepung terigu dan berasa manis tersebut selalu menghiasi di setiap sudut pasar yang ada di ibukota Sulawesi Tengah itu.
Apalagi, di pasar-pasar Ramadan, kue berbentuk persegi seukuran bungkus rokok isi 12 batang itu harganya relatif murah, tiga Tetu yang dikemas dalam plastik dihargai Rp3.000 hingga Rp4.000.
Pada umumnya, kue yang disajikan dalam wadah yang terbuat dari daun pandan itu memiliki tiga rasa yakni, rasa durian, rasa nangka dan rasa manis gula. Sebagian penikmat Tetu menyukai ketiganya, atau bahkan kombinasi rasa ketiga-ketiganya.
Kue berwarna putih karena mengandung air santan itu akan terasa lebih enak jika disajikan dalam keadaan dingin karena sebelumnya di simpan di lemari es.
Kue basah itu akan terasa lebih segar ketika menyentuh tenggorokan di kala adzan Maghrib berkumandang yang menandakan saatnya berbuka puasa bagi kaum muslim.
Bahkan, kue yang juga dikenal dengan sebutan kue perahu (karena bentuknya seperti perahu) itu, sangat cocok jika disajikan bersamaan dengan secangkir teh atau kopi hangat yang tidak terlalu manis.
Rasa manis kue tradisional itu dengan sendirinya akan menciptakan rasa manis minuman hangat itu, karena sebelumnya manis gula murni kue tersebut sudah membekas di lidah penikmatnya sebelum meneguk minumannya.
Makan dan minum sesuatu yang manis sangat dianjurkan Rasulullah ketika mengawali berbuka puasa, karena hal itu bisa mengganti tenaga yang hilang setelah kita berpuasa seharian.
Ifat (26), warga Palu, mengatakan, cara membuat kue tersebut sangatlah mudah. "Tinggal dikukus saja adonan tepung terigu yang sudah dicampur santan dan gula ke dalam cetakan dari daun pandan," katanya.
Sekitar 20 hingga 30 menit kemudian, kue tersebut sudah masak dan menimbulkan aroma wangi perpaduan antara harum daun pandan dan santan.
"Jika, menginginkan Tetu rasa durian, campurkan saja daging durian yang sudah dihaluskan ke dalam adonan sebelum dikukus," kata ibu satu anak itu menjelaskan.
Jika menginginkan Tetu rasa nangka, lanjutnya, cukup taburi dengan beberapa iris nangka berukuran dadu di atas Tetu yang sedang dikukus. "Nangka pun akan merasuki Tetu dengan sendirinya," katanya.
Tetu tidak hanya sering ditemui di bulan Ramadhan saja, pada pesta pernikahan atau upacara adat kue tersebut juga sering hadir sebagai makanan penutup, sebab bentuknya seperti puding tapi rasanya lebih enak dan khas.
Untuk mendapatkan Tetu di Palu saat ini sangat mudah di saat Ramadhan. Tapi, di luar bulan Ramadan, maka untuk mendapatkan kue basah tersebut, calon penikmatnya harus pesan terlebih dahulu, karena lebih dari enam jam membuat kue tersebut menjadi basi, kecuali disimpan di dalam lemari pendingin (kulkas) bersuhu sekitar 10 derajat celsius.
Tetu juga selalu ada di meja makan Gubernur Sulawesi Tengah, HB Paliudju, sesaat menjelang berbuka puasa.
Artinyam tetu sudah menjadi milik masyarakat Sulawesi dari kalangan atas hingga pejabat tinggi. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008