Tokyo (ANTARA News) - Perdana Menteri Jepang yang baru, Taro Aso, mengatakan ia akan menjalin hubungan baik dengan China dan Korea Selatan, serta menekan Korea Utara atas program nuklirnya dan penculikan yang dilakukan negara komunis itu di masa lalu. Dalam pidato politik pertamanya di hadapan anggota parlemen, Aso mengatakan ia ingin "bersama-sama membangun perdamaian dan kesejahteraan regional dengan bekerja sama dengan China, Korea Selatan, Rusia dan negara-negara Asia Pasifik lainnya." Para pemimpin China dan Korea Selatan pekan lalu memberi selamat atas kemenangan Aso dalam pemilihan perdana menteri Jepang, sekaligus mengabaikan keterangan Aso pada masa lalu mengenai kolonialisme Jepang semasa perang. Dalam pidatonya, Aso juga mengatakan pemerintahannya akan mengusahakan "tindakan di pihak Korea Utara sebagai usaha menyelesaikan isu senjata nuklir, rudal dan penculikan secara komprehensif." Tokyo telah mengambil sikap keras melawan Pyongyang dalam pembicaraan enam arah yang macet yang bertujuan untuk melucuti negara komunis itu dari program senjata nuklir. Jepang telah menekan Korea Utara untuk perhitungan penuh atas nasib masyarakat sipil Jepang yang diculik sepanjang tahun 1970 hingga 1980-an untuk mengajari para mata-mata Korea Utara bahasa dan budaya Jepang. Perdana Menteri pendahulu Aso, Yasuo Fukuda yang dianggap moderat di Korea Utara, pada Juni secara kontroversial menyetujui beberapa persetujuan Jepang-Pyongyang mengatakan akan memulai penyelidikan terhadap nasib para korban penculikan. Namun Korea Utara melalui saluran diplomatik mengatakan Korea Utara menunda pelaksanaan penyelidikan setelah Fukuda secara tiba-tiba mengumumkan pengunduran dirinya, demikian laporan AFP. (*)
Copyright © ANTARA 2008