Jakarta (ANTARA News) - Jenazah almarhum mantan Pemimpin Umum LKBN ANTARA Bakir Hasan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kemiri, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin siang sekitar pukul 13.30 WIB, setelah disalatkan di Masjid At Taqwa.Ratusan orang hadir di TPU Kemiri untuk mengantar jenazah almarhum Bakir Hasan yang wafat pada Minggu (28/9) malam sekitar pukul 19.15 WIB itu ke tempat peristirahatan terakhir.Para pelayat itu yang menghadiri pemakaman itu merupakan anggota keluarga, kerabat dekat, sahabat almarhum serta sejumlah pejabat negara dan mantan pejabat di sejumlah instansi seperti Universitas Indonesia (UI), Departemen Perdagangan, dan LKBN ANTARA.Hadir dalam prosesi pemakaman itu antara lain Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, Direktur Utama Perum LKBN ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf, serta sejumlah mantan pejabat negara seperti mantan gubernur BI Arifin Siregar, pakar pendidikan Prof Dr Arief Rachman, serta budayawan yang juga mantan Pemimpin Umum LKBN ANTARA M Sobary. Upacara pemakaman dipimpin oleh kawan dekat almarhum, Prof Dr Arief Rachman. Sementara itu, mantan Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim yang ikut menyalatkan almarhum di Masjid At Taqwa, Rawamangun, mengaku mengenal almarhum Bakir Hasan semasa menjadi aktivis mahasiswa di Fakultas ekonomi UI (FEUI). "Dia lebih yunior dari saya, tetapi saya sangat mengenal beliau yang juga seorang aktivis yang mempunyai jiwa sosial. Sikap inilah yang tampaknya terus melekat dalam karir beliau selanjutnya, yang terus menanjak, di antaranya di LKBN ANTARA dan Departemen Perdagangan," katanya. Sementara itu, Dirut LKBN ANTARA Ahmad Mukhlis Yusuf, usai acara pemakaman mengatakan, berdasarkan sejumlah dokumen mengenai almarhum Bakir Hasan yang ditelusurinya, dapat diketahui bahwa almarhum Bakir Hasan merupakan pemimpin yang tegas tetapi didukung dengan kemampuan komunikasi yang baik. "Beliau punya sifat yang santun, sehingga ketegasannya tidak berarti kasar. Hal itu juga diakui oleh kerabat-kerabat almarhum di lingkungan UI dan di Depperindag," katanya. Menurut Mukhlis, almarhum Bakir Hasan menjelang akhir hayatnya atau baru-baru ini saja menyelesaikan pendidikan S-3. "Hal itu menunjukkan, kegairahan dan konsistensi yang beliau miliki luar biasa," katanya. Bagi ANTARA, lanjutnya, almarhum Bakir Hasan telah menegakkan landasan manajemen, bagaimana membuat perencanaan dan bagaimana menindaklanjutinya. "Dan ini kemudian dilanjutkan oleh penerus beliau di ANTARA seperti Pak Handjojo, Pak Parni, Pak Sobary dan Pak Asro," ujarnya. Sekarang pada eranya BUMN, lanjutnya, pemikiran almarhum Bakir Hasan sangat diperlukan oleh Perum LKBN ANTARA karenanya, sejak tahun Desember 2007, ANTARA beberapa kali mengundangnya untuk berbicara di forum ANTARA. "Beberapa bulan lalu, saya juga sempat bertemu dengan beliau. Bahkan rencananya pada 6 Oktober 2008, kami juga ingin mengundang beliau untuk bersilaturahmi halal bihalal dan tukar pikiran," katanya. Mukhlis Yusuf menambahkan, almarhum Bakir Hasan menguasai suatu disiplin ilmu yang namanya "media economic" atau ekonomi media, yaitu bagaimana sebuah media bisa terus hidup dengan melihat kebutuhan pasar tetapi mempunyai jati diri sebagai pers pejuang. "Dalam konteks kantor berita, dua hal ini tidak dipertentangkan tetapi dicari jalan keluarnya. Sayangnya, beliau sudah meninggal dunia, tetapi beliau meninggalkan suatu dokumen yang akan saya pelajari berupaya tulisan mengenai `media economic`," katanya. Bakir Hasan, yang lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, pada 27 Juli 1936 itu, meninggalkan tiga orang anak, yaitu Nur Aida Hidayati (40), Nur Adi Hidayat (34), dan Rahmadi Hidayat (24). Selain pernah menjadi Pemimpin Umum LKBN Antara pada 1985, dia juga pernah menjabat antara lain Sekjen Departemen Perdagangan, sebagai staf Ketua Bappenas, staf ahli Panitia Angket DPR, staf ahli Menteri Sekretaris Negara, dan komisaris utama PT Boma Bisma Indra. Peraih gelar MBA di Universitas Wisconsin, Amerika Serikat (1972) itu juga menjadi dosen dan pernah menjabat sebagai Pembantu Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008