Jakarta (ANTARA) - Indonesia disebut memerlukan bahan baku plastik untuk produksi sebanyak 7,2 juta ton pertahun sebagai kebutuhan nasional untuk bahan baku industri daur ulang plastik.
Koordinator Komunitas Plastik untuk Kebaikan Eni Saeni di Jakarta, Minggu, mengutip data Kementerian Perindustrian yang menyebutkan, kebutuhan baku industri daur ulang plastik sebanyak 913 ribu ton dipenuhi dari dalam negeri, sedangkan 320 ribu ton dari negara lain. Adapun kebutuhan nasional, Indonesia 7,2 juta ton pertahun.
“Sampah botol kemasan memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki permintaan yang kuat dari industri daur ulang plastik,” kata Eni.
Sebanyak 2,3 juta ton bahan baku berupa virgin plastik lokal disuplai oleh industri Petrokimia di dalam negeri seperti PT Lotte Chemical dan PT Chandra Asri Petrochemical.
Baca juga: Menteri LHK tegaskan komitmen Indonesia kurangi limbah padat di laut
“Selama ini, kebutuhan industri yang tinggi baru pada plastik jenis PET (Polyethylene Terephthalate) yang bisa didaur ulang kembali menjadi plastik,” kata Eni.
Melihat kebutuhan industri yang tinggi terhadap sampah botol PET, maka komunitas mengajak dan mengedukasi masyarakat untuk mulai memilah sampah plastik dari rumah.
Sampah-sampah tersebut dapat ditukarkan dengan sembako melalui mobil edukasi pilah sampah yang akan berkeliling ke rumah-rumah warga.
Untuk tahap awal, mobil sembako keliling akan beroperasi di wilayah Tangerang Selatan. Selanjutnya mobil edukasi pilah sampah plastik akan berkeliling, mendatangi rumah warga di Jakarta, Depok, Bekasi, dan Bogor.
Baca juga: Greenpeace minta korporasi berbagi tanggung jawab kurangi plastik
Mobil keliling beroperasi setiap Jumat dan Sabtu pagi. Untuk jadwalnya operasi akan diberitahukan melalui akun medsos komunitas Plastik untuk Kebaikan. “Jadi follow akun medsos kami untuk mengikuti jadwal mobil keliling melalui: https://www.facebook.com, https://twitter.com/PlastikKebaikan, https://www.instagram.com, https://www.youtube.com/channel,” katanya.
Melalui kegiatan ini, komunitas berharap, produsen dapat berkontribusi terhadap masalah sosial dan lingkungan yang ditimbulkan akibat produk yang telah menjadi sampah.
Salah satu caranya adalah dengan membangun demand terhadap sampah kemasan sehingga menumbuhkan pasar plastik bekas nonbotol seperti sachet dan plastik-plastik kemasan lain.
Apa yang dilakukan komunitas ini adalah bagian kecil untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dan membudayakan tata kelola sampah mulai dari rumah. Jika sebelumnya, masyarakat hanya mengenal sampah dibuang ke TPS lalu diangkut ke TPA, ke depan persoalan sampah selesai di rumah dengan cara dipilah. Sampah botol plastik atau kertas dapat dijual, sedangkan sampah organik bisa dibuat pupuk.
“Paradigma baru yang harus dibangun adalah pilah, kumpulkan, jual, atau tukarkan, sedekahkan sampah plastik ke pemulung. Dengan melakukan tindakan kecil ini, kita telah ikut serta menyelamatkan bumi dari pencemaran lingkungan,” ujar Eni.
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah Toto Sudarto mengapresiasi gerakan ini karena mengajak masyarakat untuk menyelesaikan persoalan sampah dari rumah memilah sampah botol plastik dan menukarkan sampah tersebut dengan sembako.
"Mari kita mulai dari unit terkecil yaitu memilah sampah plastik, sampah botol plastik dan sampah organik dari rumah. Jangan campur sampah karena sampah yang dicampur tidak ada harganya. Kalau sampah yang dipilah bisa ditukar sembako," kata Toto.
Sebanyak 200 orang terlibat dalam kegiatan itu adalah relawan yang tergabung dalam Komunikas Plastik untuk Kebaikan bersama beberapa komunitas seperti, Gintung Lake Community, Gempita (Gerakan Pecinta Alam Semesta), KSE (Karya Salemba Empat), K3SI (Komunitas Sharing Seputar Sampah Indonesia), POSBINDU (Pos Pelayanan Terpadu untuk Lansia, dan Gila Bike dan masyarakat setempat.
Masyarakat juga antusias menukarkan sampah botol plastik ke mobil Edukasi Pilah Sampah Plastik dengan sembako. Komunitas berhasil mengumpulkan satu mobil colt yang akan dijual ke pengepul.
"Uang hasil penjualan sampah botol plastik akan dibelikan sembako agar kegiatan ini bisa terus berlangsung. Mari pilah sampah plastik kita karena memiliki nilai ekonomi," kata Eni.
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019