Jakarta (ANTARA News) - Bank-bank BUMN yang ada perlu direvitalisasikan dengan membuat `holding company`, karena lebih mudah dilakukan daripada melakukan merger, demikian saran Bank Indonesia (BI).
"Merger bank pemerintah bukan hal yang bijak. Ukurannya terlalu besar-besar dan banyak pertimbangan politik. Yang paling mudah dilaksankan membentuk holding," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Muliaman D Hadad di Jakarta, Minggu.
Menurut Muliaman, penggabungan dengan membentuk holding akan mengurangi rangkaian birokrasi oprasional bank-bank BUMN seperti dalam mengurusi sumber daya manusia dan informasi teknologi.
"Holding akan membantu merevitalisasi bank pemerintah dan berdampak terhadap kesehatan industri perbankan secara keseluruhan," katanya.
Muliaman menjelaskan, revitalisasi bank-bank pemerintah sangat penting bagi industri perbankan nasional karena empat bank pemerintah menguasai porsi aset yang sangat besar dari seluruh bank di Indonesia.
"Dari 130 bank yang ada sekarang, 15 bank menguasai 75 persen aset perbankan nasional. Dan 40 persen dari 75 persen aset itu dikuasai oleh bank pemerintah. Jadi betapa pentingnya peran bank pemerintah dalam upaya memajukan industri perbankan nasional," katanya.
Sementara mengenai kepemilikan saham bank-bank di Indonesia yang banyak dimiliki asing, Muliaman mengatakan bahwa dalam hal ini BI lebih memikirkan peran bank-bank tersebut dalam mendorong perekonomian nasional terutama kemajuan UMKM yang sangat diperlukan masyarakat.
"Bagi kami, yang paling penting adalah bagaimana peran bank itu terhadap pembangunan perekonomian nasional, daripada dimiliki oleh orang lokal tetapi menjadi sarang korupsi. Yang penting adalah membuat sistem pengawasannya agar orang-orang asing itu tidak bermain-main dalam mengelola banknya," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008