Yogyakarta, (ANTARA News) - Jalur jalan Yogyakarta - Wonosari sejak Minggu pagi hingga siang penuh dengan kendaraan namun tidak sampai terjadi kemacetan. Jalan Wonosari yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Kabupaten Gunungkidul itu tampak dipadati kendaraan pemudik baik roda empat maupun roda dua. Dari jumlah kendaraan yang melalui jalur itu terbanyak adalah kendaraan dengan nomor polisi Jakarta. Sementara itu, di jalur jalan Wonosari kilometer 15 atau di kawasan pasar Piyungan, arus lalulintas tampak tersendat sebab selain ada peningkatan aktivitas masyarakat berbelanja di pasar tersebut, juga karena daerah itu merupakan kawasan jalan simpang tiga. Saat lampu pengatur lalulintas menunjukkan warna merah maka kendaraan harus menunggu, dan terjadi antrean kendaraan cukup panjang, tapi tetap lancar karena ada petugas polisi yang mengatur kendaraan di kawasan itu. Di sepanjang jalan Yogyakarta - Wonosari hingga kilometer 15 kondisi jalan beraspal mulus sehingga membantu memperlancar arus lalulintas. Selain itu, di sepanjang jalan itu terdapat sejumlah posko Lebaran di kilometer 6 dan 15, sebuah Puskesmas buka 24 jam, rumah sakit umum Dharma di kilometer 8 dan tiga unit SPBU serta sejumlah bengkel motor. Seorang pemudik yang menggunakan mobil pribadi, Sudharto, yang ditemui saat beristirahat di kawasan pasar Piyungan mengatakan dirinya beserta anggota keluarganya berangkat dari Ragunan, Jakarta, sejak Sabtu (27/9) petang menuju kampung halamannya di Pracimantoro Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. "Saya sengaja lewat jalur Yogyakarta-Wonosari, Gunungkidul karena pertimbangannya lebih dekat ketimbang lewat Solo. Kami memang sengaja tidak terburu-buru dan jika merasa lelah istrirahat di pinggir jalan. Pokoknya kami menikmati perjalanan," katanya. Ia mengatakan baginya mudik pulang ke kampung halaman sudah menjadi tradisi setiap Lebaran, sehingga sebelumnya sudah mempertimbangkan jika di jalan akan terjadi kemacetan lama. Karena itu sejak jauh hari dirinya sudah menyiapkan kondisi tubuh agar selalu bugar selama dalam perjalanan.(*)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008