Jakarta (ANTARA) - Siti Nur Aulia mengatakan akan membangkitkan pemikiran Presiden pertama Indonesia Soekarno, marhaenisme, secara progresif-revolusioner untuk mencapai sosialisme Indonesia jika terpilih menjadi Ketua Umum Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
“Saya akan membawa kebangkitan dan perubahan yang progresif-revolusioner dalam tubuh GMNI. Izinkan juga saya berjuang membela marhaen dengan menyapa milenial dan berkolaborasi dengan kelompok-kelompok di luar kami,” kata Aulia dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu.
GMNI menggelar kongres XXI di Ambon sejak 28 November sampai 2 Desember 2019. Salah satu agendanya adalah memilih ketua umum periode 2019 hingga 2021.
Dalam pemilihan tersebut, Aulia akan bersaing dengan calon lainnya.
Dalam 2 tahun terakhir, kata Aulia, GMNI tidak pernah hadir untuk menjadi wakil, alat, dan solusi atas masalah rakyat Indonesia. Dari aspek kepemimpinan, misalnya, pimpinan GMNI seperti hilang ditelan bumi.
Baca juga: GMNI Surabaya nilai tantangan lebih adaptif atas perkembangan zaman
Baca juga: GMNI unjuk rasa di DPRD Sumut tolak RUU Pertanahan
“Kapan terakhir kali pimpinan GMNI merebut hati dan pikiran milenial dengan ajaran Bung Karno. Tidak pernah," ujarnya.
Ia melanjutkan, "Kapan terakhir kali kader GMNI berkonfrontasi dengan kekuatan kolonialisme dan imperialisme baru yang datang ke Indonesia. Tidak ada."
Perempuan yang sudah menjadi kader GMNI sejak kuliah itu lantas bertanya, "Sudahkah ada keberanian kita untuk berkonfrontasi langsung dengan kelompok-kelompok yang menolak Pancasila, sedang berlalu-lalang dengan santai di jalan-jalan, kampus-kampus, media sosial? Belum.”
Selain itu, menurut Aulia, GMNI saat ini juga masih terkekang romantisme dari dekade bahkan abad lalu.
Bahkan, lanjut dia, perbedaan pendapat dan pandangan dalam organisasi disikapi dengan memecah-belah, ke dalam kelompok-kelompok kecil dengan patron masing-masing.
Baca juga: PA GMNI: bangsa saat ini melanjutkan peradaban Indonesia
Baca juga: GMNI Jatim berharap MK beri keputusan sesuai fakta hukum
“Banyak dari kita yang saling curiga satu sama lain. Kawan berkuasa sedikit, dianggap otoriter Suharto. Kawan berlebih sedikit, dianggap eksploitatif. Berbeda pandangan bukan diselesaikan dengan musyawarah mufakat, melainkan malah memecah belah,” katanya.
Untuk itu, Aulia ingin memaksa seluruh kader GMNI untuk bangkit dan berubah bersama-sama untuk memperjuangan ajaran marhaenisme Bung Karno secara progresif-revolusioner dan juga menjadi bagian dalam perjuangan rakyat Indonesia.
Baca juga: Demonstrasi GMNI Jember peringati hari aksara ricuh
Pewarta: Joko Susilo
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019