Samarinda (ANTARA News) - Puluhan keluarga penumpang KM Teratai Prima di Samarinda, Kalimantan Timur, berharap, keluarga mereka bisa ditemukan dengan selamat.

"Saya berharap, mereka semua ditemukan dalam keadaan hidup,"ungkap Benyamin Panggesa lirih sambil menatap foto Yoel Masinggi beserta istrinya, Hermin Dodo dan ketiga anaknya, yakni, Yasser Pakambanan (5), Christin (3) dan Richardo Yolandu (1) di Posko Satgas Operasi Kemanusian KPPP (Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan) Samarinda, Senin sore.

Yoel Masinggi, kata Benyamin Panggesa, berangkat ke kampung halamannya di Tana Toraja (Tator) bersama istri dan ketiga anaknya dalam rangka menghadiri upacara adat serta mengunjungi kedua orang tuanya.

"Anak Yoel Masinggi masih sangat kecil. Bahkan, yang paling sulung baru TK, sementara kedua adiknya masih balita. Semoga saja, mereka termasuk penumpang yang selamat sebab masa depan ketiga anak Yoel Masinggi itu masih terbentang luas," ungkap Benyamin Panggesa.

Benyamin merupakan tetangga dan juga rekan sekerja Yoel di di PT. Bukit Baiduri, sebuah perusahaan tambang batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara.

"Kami masih kerabat dekat sekaligus satu tempat kerja. Yoel Masinggi dikenal sangat rajin di perusahaan. Apalagi keluarganya, sangat disenangi tetangga lain. Mereka (ketiga anak Yoel Masinggi) sering bermain di rumah saya dan ketiganya sangat lucu dan periang," kenang Benyamin Panggesa.

Kesedihan juga terlihat menggurat di wajah kerabat Yoel Masinggi lainnya, Deyani. Sesekali, pria itu memandang foto ketiga anak Yoel Masinggi yang terpampang di Posko Satgas Operasi Kemanusian KPPP Samarinda.

"Mereka adalah keluarga yang sangat berbahagia. Walaupun tempat tingal kami berjauhan, tapi hampir setiap hari kami berkomunikasi walaupun hanya lewat HP. Gelak tawa, ketiga anak Yoel Masinggi masih terngiang-ngiang di telinga saya sebelum mereka berangkat ke Tator dua minggu lalu," kenang Deyani.

Seperti halnya Deyani dan Benyamin Panggesa, keluarga korban KM. Teratai Prima Kosong lainnya yang ditemui di Posko Satgas Operasi Kemanusiaan KPPP Samarinda Senin siang, Sukirno, berharap adik iparnya, Baharuddin (30) ditemukan dalam kondisi hidup.

"Istri saya tak henti-hentinya menangis saat mengetahui Baharuddin tercatat sebagai penumpang KM.Teratai Prima Kosong yang tenggelam itu. Walaupun hubungan kami hanya sebatas ipar, tapi bagi saya, Baharuddin seperti adik kandung saya sendiri,"ungkap warga Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut.

Yang lebih menyayat hati, Baharuddin kata Sukirno, naik KM.Teratai Prima Kosong bersama calon istrinya.

"Dia ke Makassar pekan lalu untuk menjemput calon istrinya. Rencananya, mereka akan menikah sesampai di sini (Kaltim). Persiapan sudah dilakukan, namun kami tidak tahu lagi apa yang terjadi sebab sampai saat ini kami belum tahu nasib Baharuddin dan calon istrinya itu," ujar Sukirno terbata-bata.

Kesedihan juga nampak di wajah Udin, warga Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara. Perkawinannya dengan gadis tambatan hatinya yang sudah di depan mata, terpaksa kandas setelah pamannya ikut menjadi penumpang KM. Teratai Prima Kosong yang tenggelam di Perairan Batu Roro, Kabupaten Majene, Sulbar, Minggu dinihari.

"Paman saya pulang ke Kabupaten Barru, Sulsel, untuk mengambil uang jujuran (biaya nikah) Rp20 juta. Tapi ternyata, paman saya ikut di kapal yang tenggelam tersebut. Saat ini, bagi saya yang penting paman saya ditemukan selamat," kata Udin. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009