Bogor (ANTARA) - Kepala Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB University Yandra Arkeman menyatakan pihaknya menyambut baik upaya Kementerian Pertanian merangkul kampus-kampus pertanian sebagai sektor pemimpin dalam pembangunan pertanian.
"Secara pribadi saya menyambut baik dan pertanian ke depan harus menjadi gerakan bersama," kata Yandra Arkeman pada diskusi "Ngopi dan Ngobrol Pertanian Alumni IPB" di Taman Koleksi Kampus IPB Baranangsiang, Bogor, Jumat.
Menurut Yandra Arkeman, perbaikan data yang dilakukan Kementerian Pertanian (Kementan) sudah tepat sebagai rujukan kebijakan dan program unggulan lima tahun ke depan.
"Perbaikan data sangat bagus agar lebih presisi serta menjadi bagian penting pada prediksi. Perbaikan data ini harus diimbangi dengan teknologi artificial intelligence," katanya.
Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) IPB, Sofyan Sjaf, menambahkan pentingnya pembekalan teknologi dan mekanisasi kepada generasi muda sebagai persiapan menjelang datangnya bonus demografi.
"Saya ingin mengingatkan bahwa kita akan melewati bonus demografi. Kalau ini tidak dibekali teknologi, maka ambruklah generasi muda kita karena saat ini banyak orang telah meninggalkan desa," katanya.
Menurut dia, jika pemuda tidak dibekali ilmu pertanian, maka bonus demografi itu akan habis dengan sendirinya karena mereka tidak memiliki ilmu. "Inilah tantangan yang harus kita baca di sektor pertanian hari ini," katanya.
Sofyan mengatakan, tugas sosialisasi dan pembekalan ini merupakan tugas bersama yang bisa dikaitkan dengan konsep konsolidasi Kementan. Apalagi Indonesia juga akan menghadapi tantangan resesi ekonomi dunia.
"Dilemanya adalah ekspor Indonesia tidak akan tertahan. Ini berbahaya bagi stabilitas ekonomi kita. Kita harus fokus pada penguatan SDM dan penguatan ekonomi. Kemudian membangun data sebagai rujukan program serta penerapan teknologi secara besar-besaran," tuturnya.
Sofyan juga mengapresiasi langkah Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang dinilai akan merampungkan data pangan. Harapannya membangun data presisi tidak bisa top down, tapi harus dari bawah sehingga sangat penting untuk memetakan potensi desa dalam mensukseskan pembangunan pertanian secara tepat.
"Di Indonesia ada sekitar 74.000 desa dan 73,14 persennya adalah desa pertanian. Siapa yang menguasai pangan akan menguasai ekonomi dan sosial. Bonus demografi akan menjadi peluang pembangunan pertanian dari desa," tegasnya.
Baca juga: IPB Bogor-BKKBN perkuat implementasi delapan fungsi keluarga
Baca juga: Dosen IPB sosialisasikan hormon oodev kepada masyarakat Lampung
Baca juga: PSP3 IPB harapkan petani Dogiyai tularkan ilmunya di kampung halaman
Baca juga: IPB kembangkan cara tanam berbasis teknologi mini plant factory
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019