Markas Besar PBB, New York, (ANTARA News) - Indonesia kembali menunjuk permukiman Yahudi sebagai salah satu ganjalan utama dalam upaya perdamaian di Timur Tengah (Timteng), khususnya dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Saat berbicara dalam debat terbuka soal situasi di Timteng --termasuk masalah Palestina - yang digelar Dewan Keamanan PBB di New York, Jumat, Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda menyoroti berbagai kegiatan pembangunan permukiman oleh Israel di wilayah Palestina. "Kami (Indonesia, red) sangat prihatin terhadap dampak negatif kegiatan pendudukan di tengah berlangsungnya proses perdamaian di bawah kerangka konferensi Annapolis," kata Hassan sambil mengutip keberatan yang diajukan Presiden Palestina Mahmoud Abbas terhadap gerakan Israel. "Presiden Abbas telah menyatakan bahwa masalah permukiman merupakan hambatan terbesar dalam proses perdamaian. Ini bisa mempengaruhi masalah-masalah lainnya yang perlu diselesaikan," ujar Menlu. Indonesia mencatat bahwa kegiatan pembangunan permukiman oleh Israel di Tepi Barat telah meningkat dua kali lipat selama tahun 2007. Sehubungan dengan itu, Indonesia kembali mengingatkan bahwa Israel telah secara mencolok melanggar hukum internasional, termasuk Konvensi Jenewa dan Piagam PBB. Indonesia juga meminta lima negara anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB - Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia dan China-- untuk memberikan reaksi terhadap masalah pendudukan Israel di wilayah Palestina. "Tahun 1980, melalui resolusi 465, Dewan Keamanan telah meminta Israel untuk membongkar pemukiman yang ada dan khususnya segera menghentikan pendirian, pembangunan serta perencanaan permukiman di wilayah-wilayah Arab yang mereka duduki, termasuk Jerusalem," kata Menlu mengingatkan. Tentang pendudukan, Israel kembali berkilah bahwa hal tersebut bukan merupakan masalah utama. Dubes Israel untuk PBB Gabriela Shaleve yang juga menyampaikan pernyataan di debat terbuka Dewan Keamanan, Jumat, mengatakan bahwa masalah permukiman telah dipakai sebagai alat untuk memukul Israel. "Permukiman memang masalah sulit, tapi bukan masalah utama dan bukan ganjalan terhadap perdamaian," kata Shalev. Israel bersikeras bahwa perdamaian di Timur Tengah terus terancam antara lain karena kekerasan yang dilakukan oleh Hamas di Jalur Gaza, penyelundupan senjata, serta serangan-serangan roket ke kota-kota Israel oleh kelompok tersebut.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008