Jakarta (ANTARA) - Informasi tentang potensi bencana alam seperti gempa bumi harus terus disebarkan khususnya untuk masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah yang rawan terjadi gempa dan tsunami, kata ahli geologi dan gempa asal Amerika Serikat Profesor Ron A Harris.
"Saya percaya bahwa kita harus transparan, harus menjelaskan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Kita tidak harus merahasiakan dari rakyat Indonesia. Jika kita memperlakukan masyarakat Indonesia seperti anak-anak, maka begitulah mereka akan bertindak. Kita harus memperlakukan mereka seperti orang dewasa," ujar Ron ketika ditemui dalam diskusi perihal kesiapsiagaan bencana gempa dan tsunami di Gedung PBNU di Jakarta, Jumat.
Menurut akademisi dari Brigham Young University, Utah, Amerika Serikat, itu semua orang yang tinggal di daerah rawan bencana perlu mengetahui apa saja potensi bencana yang akan mereka hadapi ke depan.
Segala potensi bencana yang dihadapi harus dilihat dari kemungkinan terburuk karena dari sanalah kita bisa mempersiapkan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi dan menghadapi bencana alam tersebut, kata Ron.
Baca juga: Mentawai diguncang gempa akibat kontak antarlempeng zona megathrust
Baca juga: Peningkatan aktivitas gempa zona megathrust Bengkulu perlu diwaspadai
Baca juga: DMII-ACT: Tingkatkan kewaspadaan potensi Sunda Megathrust
Indonesia sekarang tidak memiliki musuh negara asing, tapi potensi bencana alam dan lebih khususnya kemungkinan terjadi gempa bumi dan tsunami yang dapat memakan korban jika tidak dilakukan persiapan yang matang.
Para ahli bisa memperkirakan potensi di mana gempa akan terjadi tapi tidak bisa memperkirakan kapan akan terjadi, ujar Ron.
Indonesia masih belum melakukan komunikasi risiko yang baik. Salah satu contohnya adalah ketika dia menyampaikan dalam sebuah diskusi di sebuah unversitas di Lombok, Nusa Tenggara Barat, perihal potensi gempa bumi di palung Jawa, terjadi kehebohan dan ketakutan sehingga memerlukan klarifikasi dari pihak-pihak terkait.
Oleh karena itu perlu penyampaian informasi yang baik terkait potensi bencana alam dan untuk memastikan masyarakat tidak panik tapi mulai melakukan persiapan untuk menghadapi hal-hal tersebut.
Implementasi strategi pengurangan risiko bencana juga perlu dilakukan dengan komunikasi yang baik agar bisa diterapkan oleh masyarakat yang rentan menghadapi potensi bencana alam.
"Kita butuh ilmuwan sosial untuk berkomunikasi. Ini harus menjadi usaha yang terintegrasi. Kita harus menjembatani hal itu dengan edukasi," ujar dia.
Sebelumnya pada Juli 2019, Ron beserta timnya memaparkan penemuan mereka bahwa palung Jawa sampai saat ini belum melepaskan energi yang terkumpul selama 500 tahun. Hal itu menyebabkan adanya kemungkinan terjadi gempa besar dengan magnitudo 8 atau 9.
Potensi tersebut tidak hanya akan terjadi di Lombok, menurut penjelasan dia saat itu, tapi karena palung itu memanjang dari Sumatera Barat sampai Sumba kemungkinkana episenter gempa dapat terjadi di mana saja.*
Baca juga: BMKG: Kerentanan gempa di Indonesia harus diterima
Baca juga: BPBD ajak masyarakat Bali tingkatkan kewaspadaan soal gempa
Baca juga: BMKG imbau masyarakat tak resah pada isu gempa bumi dahsyat
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019