Dumai (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah Kota Dumai, Provinsi Riau, menyatakan sepanjang 2019 sudah menangani 803 pasien demam berdarah dengue (DBD), dan tiga di antaranya meninggal dunia.
Kepala Seksi Pelayanan Medis RSUD Dumai dr Bakrie di Dumai, Jumat, menyebutkan pasien penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegypti itu terus bertambah, dan tiga orang meninggal dunia karena saat dilarikan ke rumah sakit sudah masuk tingkat membahayakan, yakni dengue shock syndrom.
"Jumlah pasien demam berdarah yang ditangani tiap bulan berkisar antara 20-60 pasien dengan usia 5 sampai 15 tahun, dan pada November ini meningkat pesat hingga mencapai 239 pasien," kata dr Bakrie.
Dijelaskan, ada beberapa kecamatan di Dumai yang rentan DBD, yaitu Kecamatan Sungai Sembilan di Kelurahan Tanjung Penyebal dan Basilam Baru, Kecamatan Dumai Timur di Kelurahan Jaya Mukti dan Bukit Batrem, serta Kelurahan Bagan Besar dan Bukit Kayu Kapur di Kecamatan Bukit Kapur.
Baca juga: Mewaspadai bencana dan penyakit saat pancaroba
Baca juga: Dokter: Cegah DBD dengan jaga kebersihan lingkungan
Baca juga: Kemkes imbau antisipasi leptospirosis dan DBD masuk musim hujan
Pasien meninggal dunia, menurutnya, karena terlambat mendapatkan penanganan medis dan saat dibawa ke rumah sakit dengan kondisi masuk ke tingkat paling membahayakan.
"Bagi masyarakat jika ada anaknya terserang gejala demam berdarah kita imbau agar segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif sebelum terlambat," katanya.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kota Dumai Paisal menjelaskan saat memasuki musim hujan ini agar masyarakat mewaspadai deman berdarah dengue dan memperhatikan kebersihan lingkungan rumah dari perkembangan jentik nyamuk.
Diharapkan masyarakat menjaga kebersihan tempat tinggal sendiri maupun lingkungan sekitar supaya nyamuk penyebab DBD tidak berkembang, dan petugas terus melakukan penyisiran ke rumah yang positif demam berdarah.
"Pencegahan demam berdarah paling efektif adalah dengan rajin membersihkan rumah dan lingkungan sekitar, dan petugas juga diturunkan untuk melakukan sosialisasi langsung ke rumah untuk menekan penderita lebih banyak," kata Paisal.*
Pewarta: Abdul Razak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019