Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Universitas Indonesia Darwin Zahedi Saleh mengingatkan perlunya mengkaji secara hati-hati dengan mempertimbangkan banyak aspek terkait wacana pembentukan bank khusus pertanian.
"Memang di masyarakat kita itu 40 persen adalah petani dan sebanyak 47 persen rumah tangga industri adalah rumah tangga tani yang pada umumnya kaum miskin," kata Darwin yang juga Ketua DPP Partai Demokrat itu di Jakarta, Jumat.
Sementara petani dan pertaniannya menghadapi resiko-resiko gagal panen hingga jatuhnya harga produk pertanian mereka.
Karenanya, kata Darwin, jika pemerintah memberi perhatian yang besar pada sektor pertanian, maka hal itu dalam rangka memprioritaskan sebagian besar nasib rakyat.
Namun demikian, menurut Darwin, terhadap wacana pembentukan bank khusus pertanian tentunya tidak luput dari prinsip-prinsip perbankan yang sehat serta "matching" antara sumber dana dan pendapatan dana bank yang bersangkutan.
Menurut Darwin, mayoritas dana bank atau 90 persen adalah dana pihak ketiga, terutama deposito yang mencapai 60 persen yang harus dipertanggungjawabkan dalam bentuk pelemparan pinjaman yang tepat.
"Jadi disitulah masalahnya. Jenis kegiatan pertanian itu luas skali, ada yang bersiklus 3 bulanan sampai dengan 5, 10 atau 20 tahunan," katanya.
Selain itu, pinjaman dalam rangka investasi atau modal kerja membutuhkan sumber dana yang sesuai dari segi waktu dan jumlah serta bergantung pula pada jenis kegiatannya, apakah tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan dan lainnya.
"Dalam konteks itu, bisa manajemen bank pertanian tetap konsisten dan fokus pada misinya?. Kalau melihat pengalaman yang lalu, kita pernah punya bank plat merah yang fokus pada pertambangan, perkebunan, koperasi, dan lainnya," ujar Darwin.
Tapi dalam perjalanan selanjutnya bank-bank itu bergeser dan kini sudah menjadi bank komersial biasa dan bahkan melayani segmen korporasi atau industri.
Pada suatu waktu, ia menambahkan, mungkin pula tekanan persaingan perebutan sumber dana akan membawa dampak pada bergesernya arah pemasaran kredit dan dikemudian hari bank-bank khusus itu tidak lagi konsisten dengan visi dan misinya.
"Kalau melihat masih lemahnya SDM dan disiplik kebanyakan masyarakat kita, mampukah manajemen bank-bank itu konsisten?," kata Darwin.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008