Puskesmas udara menyediakan suatu armada penerbangan yakni helikopter yang di dalamnya berisi obat-obatan, vaksin dan peralatan kesehatan serta tenaga kesehatan
Jayapura (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Nduga, Provinsi Papua melakukan inovasi pelayanan kesehatan melalui puskemas udara, yakni menyewa helikopter untuk melakukan pelayanan kesehatan ke kampung-kampung di kabupaten tersebut.
Kepala Dinkes Nduga Innah Gwijangge kepada ANTARA di Jayapura, Jumat menjelaskan yang dimaksud dengan puskesmas udara pihaknya menyediakan suatu armada penerbangan yakni helikopter yang di dalamnya berisi obat-obatan, vaksin dan peralatan kesehatan serta tenaga kesehatan
Ia meminta dukungan semua pihak terkait pelayanan puskesmas udara itu melalui tanda tangan di atas sebuah spanduk bertuliskan "Puskesmas Udara" usai penutupan Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) II Tahun 2019 tingkat Provinsi Papua, Kamis (28/11).
"Jadi pelayanannya bisa terintegrasi, semua pelayanan kesehatan bisa dilakukan di kampung-kampung. Petugas yang diikutkan dalam helikopter lima orang yang terdiri atas bidan, perawat, tenaga analis, tenaga gizi dan tenaga kesehatan lingkungan," katanya.
"Belum ada dokter karena memang hingga saat ini belum ada dokter yang bertugas di Nduga," tambahnya.
Dalam sehari, kata dia, pelayanan bisa dua kali terbang ke kampung-kampung untuk memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan ini akan terus berlanjut, karena jika tidak demikian maka pelayanan kesehatan di Nduga akan putus.
Dia menjelaskan, pendanaan untuk puskesmas udara ini dari Kementerian Kesehatan sebesar Rp400 juta. Dana itu sudah diguna untuk pelayanan puskesmas udara ke tiga puskesmas dan lima distrik.
Menurut Innah Gwijangge, ada tiga faktor di Kabupaten Nduga yang membuat pelayanan kesehatan tidak maksimal. Pertama, masalah transportasi karena semua kampung rata-rata di gunung-gunung. Masalah kedua yaitu masalah geografis, dan ketiga masalah ketenagaan.
Kepala Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg Aloysius Giyai mengapresiasi inovasi puskesmas udara ini karena dapat menjangkau kampung-kampung yang aksesnya sulit.
"Ini merupakan sebuah proyek perubahan, inovasi dengan pengadaan yang namanya puskesmas udara," katanya.
Ia mengucapkan syukur kepada Tuhan karena ada jajarannya yang memikirkan sebuah inovasi terbaru dalam rangka menjangkau pelayanan publik.
"Kita tahu bersama bahwa Kabupaten Nduga itu kita tidak bisa jangkau dengan pelayanan darat apalagi perairan. Oleh karena itu, satu-satunya jangkauan pelayanan kesehatan melalui udara," ujarnya.
Menurut mantan Kepala Puskesmas Koya ini puskesmas udara ini artinya pelayanan berturut-turut, berlanjut, dilakukan lewat pelayanan terbang. Semua program pelayanan kesehatan yang seharusnya dilakukan di puskesmas tidak bisa dilakukan melalui jalur darat, warga juga tidak bisa datang untuk mendapatkan layanan kesehatan.
Apalagi, kata dia, Kabupaten Nduga termasuk salah satu daerah konflik sehingga warga takut datang ke puskesmas, untuk itu jangkauan terbaik melalui pelayanan puskesmas udara akan menjangkau sampai di kampung-kampung.
"Pesan saya, wajib didukung oleh seluruh jajaran baik pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dalam hal ini Dinkes Papua dan juga oleh Kementerian Kesehatan sehingga kampung layanan kesehatannya bisa terlayani dengan baik," ujarnya.
Menurut mantan Direktur RSUD Abepura itu dengan layanan itu cakupan-cakupan pelayanan kesehatan bisa tertangani dengan baik, karena hingga kini cakupan pelayanan kesehatan di Kabupaten Nduga masih "merah" terus, maka adanya inovasi-inovasi yang dilakukan itu adalah salah satu proyek perubahan ini.
"Proyek perubahan ini kami dukung penuh dan kami sangat setuju 100 persen untuk menjangkau pelayanan kesehatan di kampung-kampung yang ada di Nduga," demikian Aloysius Giyai.
Baca juga: Fasilitas kesehatan Papua harus dekat dengan masyarakat
Baca juga: Puskesmas Manokwari terapkan pelayanan jemput pasien
Baca juga: Terserang malaria, TNI bantu evakuasi pasien ke Puskesmas Ubrub Keerom-Papua
Baca juga: Puskesmas Harapan layani kesehatan pengungsi pesisir Danau Sentani
Pewarta: Musa Abubar
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019