Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah di pasar spot antar bank Jakarta, Jumat pagi, masih berada di atas level Rp9.300 per dolar AS, karena belum ada sentimen yang mendorong rupiah menguat lebih lanjut. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat menjadi Rp9.358/9.360 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.370/9.374 atau naik 12 poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga mengatakan, kenaikan rupiah saat ini karena pelaku mencari untung (profit-taking), menyusul penguatan dolar AS tiga hari berturut-turut, sehingga hampir mencapai angka Rp9.400 per dolar AS. Hal ini hanya disebabkan masalah penawaran dan permintaan saja, ujarnya. Menurut dia, kenaikan itu juga didukung oleh masuknya Bank Indonesia (BI) ke pasar dengan membeli dolar AS, sehingga rupiah bisa menguat, namun kenaikannya tidak besar. "Kami memperkirakan rupiah akan kembali menguat pada sore nanti, apabila BI tetap berada di pasar," ucapnya. BI, lanjut dia, sebelumnya menginginkan rupiah berada di bawah angka Rp9.200 per dolar AS, karena pada level tersebut mata uang Indonesia dinilai cukup aman. Untuk bisa kembali mencapai level Rp9.200 per dolar AS tersebut, BI diperkirakan akan melakukan intervensi dan melakukan kebijakan lain, seperti menaikkan suku bunga BI Rate, ucapnya. Kalau melihat gejolak ekonom dunia, lanjut dia, rupiah untuk sementara akan masih berkisar pada level antara Rp9.300 sampai Rp9.400 per dolar AS. "Gejolak ekonomi dunia itu akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi, maka pergerakan rupiah masih terkendali pada level tersebut. Jadi rupiah untuk bisa kembali di bawah angka Rp9.200 per dolar AS masih sulit," jelas Edwin. Sementara itu, dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya setelah hampir adanya kesepakatan "bailout" bank senilai 700 miliar dolar AS oleh pemerintah AS. Euro turun terhadap dolar AS menjadi 1,4608 dolar dari 1,4617 dolar AS. Dolar naik menjadi 106,53 yen, dari 106,19 yen. Memuncaknya ekspektasi para investor bahwa antara pemerintahan Presiden George W. Bush dan Kongres mendekati kesepakatan telah mengangkat Wall Street dan pasar saham Eropa, termasuk pasar minyak. Dolar sebelumnya berada di bawah tekanan dari kekhawatiran biaya besar bailout bank. (*)
Copyright © ANTARA 2008