Balikpapan, Kaltim (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas areal Kalimantan dan Sulaswesi (SKK Migas Kalsul) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Mubadala Petroleum menggelar simulasi penanggulangan tumpahan minyak di lokasi operasi lepas pantai area KKKS Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT).
Pelaksanaan simulasi yang merupakan latihan gabungan tersebut menggunakan kapal AHTS Amber yang dioperasikan oleh KKKS PHKT dan kapal TB Sejati yang dioperasikan oleh KKKS Mubadala Petroleum di perairan Sepinggan, Kalimantan Timur, Kamis.
"Pelatihan gabungan yang melibatkan 16 KKKS dan para pemangku kepentingan terkait diantaranya TNI AL dan Hubla, untuk mengujicobakan peralatan yang ada dan kesiapsiagaan SDM menerapkan prosedur tetap (Protap) terhadap penanggungan tumpahan minyak," kata Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno disela latihan gabungan tersebut.
Baca juga: Kelompok sipil desak strategi pemulihan di daerah kebocoran minyak
Baca juga: Warga Kepulauan Seribu segera terima kompensasi akibat minyak tumpah
Baca juga: Nelayan Bekasi terdampak tumpahan minyak lebih 2.000 orang
Adapun skenario yang dibuat pada simulasi itu, berawal dari kebocoran pipa gas bawah laut yang dioperasikan KKKS Mubadala Petroleum yang mengakibatkan gas cloud. Kemudian diperparah dengan melintasnya kapal tanker yang membawa minyak sehingga memicu terjadinya kebakaran dan awak kapal tanker mengalami luka-luka.
Menyikapi kondisi tersebut tim gabungan bergerak ke lokasi dengan menggunakan kapal AHTS Amber dan kapal TB Sejati lalu menggelar oil boom sepanjang 200 meter dan membentuk formasi J (J formation).
Hal tersebut bertujuan melokalisir tumpahan minyak dan selanjutnya ditampung dalam mobile storage tank, sehingga tumpahan minyak tidak menyebar.
Sementara itu, Manajemen Mubadala Petroleum/Operation Advisor Anthony Storer disela kegiatan tersebut mengatakan, latihan gabungan ini sangat penting untuk menghadapi tumpahan minyak yang sewaktu-waktu dapat terjadi baik di darat maupun di laut.
"Dengan pelatihan ini, dapat mengetahui prosedur tetap penyelamatan dan upaya meminimalisasi meluasnya dampak yang ditimbulkan," katanya.
Diakui, penanganan tumpahan minyak di laut lebih sulit dibandingkan di darat, karena sebaran di laut lebih cepat dan kondisinya dapat berubah-ubah tergantung cuaca.
Menurut dia, simulasi penanggulangan tumpahan minyak ini juga untuk mengukur ketersediaan prosedur yang update, jumlah personil yang kompeten dan ketersediaan peralatan yang memadai di lapangan.*
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019