Yogyakarta (ANTARA News) - Bandul ideologi politik di Indonesia mengalami pergeseran ke tengah, tidak lagi memihak terlalu ke kanan atau ke kiri. "Sekarang, bandul ideologi politik di Indonesia yang dianut oleh partai-partai politik tidak lagi terlalu ekstrim memihak ke kiri atau kanan," kata Staf Divisi Advokasi Pusat Studi HAM dan Demokrasi UAJY, Sigit Widiarto, di Yogyakarta, Kamis. Menurut Sigit, dari dua pemilu setelah 1998, yaitu 1999 dan 2004, menunjukkan bahwa isu-isu yang diangkat parpol terkait dengan ideologi kanan atau kiri tidak mampu menjaring suara rakyat secara dominan. "Karena itu, dari dua pengalaman pemilu itu, suara paling dominan dimiliki partai dengan ideologi tengah," katanya. Berdasarkan pengalaman tersebut, beberapa parpol kemudian mulai menggeser ideologi politik mereka ke tengah, seperti yang tampak jelas dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pada Pemilu 1999, PKS lebih banyak memainkan isu-isu yang berhubungan dengan keagamaan dan hasilnya partai tersebut tidak lolos "electoral threshold". "Tetapi mereka mengambil langkah cerdas dengan menggeser ideologi politik mereka yang tercermin dari tema kampanye," katanya. Pada Pemilu 2004, PKS lebih banyak mengangkat isu mengenai pemerintah yang bersih, pemberantasan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan sehingga memperoleh hasil yang jauh lebih baik dibanding pemilu lima tahun sebelumnya. "Jumlah pemilih mereka naik empat kali lipat. Bahkan PKS kini telah menyatakan diri sebagai partai yang terbuka," katanya. Namun Sigit tidak berani menyatakan bahwa pergeseran ideologi tersebut juga akan memberi hasil maksimal pada Pemilu 2009. Hanya dia berharap Pemilu 2009 dapat dijadikan sebagai momentum bagi rakyat untuk memilih calon legistatif yang memiliki rekam jejak yang baik. Jika perlu, parpol dan calon anggota legislatif (caleg) harus berani membuat kotrak politik, dan bila keduanya melanggar janji selama kampanye, rakyat dapat menghukumnya dengan tidak lagi memilih mereka. "Ini adalah salah satu pendidikan politik yang bisa dilakukan saat ini," katanya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008