Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Rektor Universitas Jember (Unej) Moh Hasan mengatakan pihaknya melakukan strategi "senyap" dalam melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganan deradikalisme di kampus Unej.
"Kami sebagai lembaga perguruan tinggi negeri (PTN) ingin menyiapkan SDM Indonesia masa mendatang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara, bukan sebaliknya," kata Moh Hasan di Kampus Unej, Rabu.
Unej melalui Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) melakukan pemetaan terhadap paham radikalisme dengan sasaran mahasiswa pada tahun 2017.
"Pemetaan radikalisme dilakukan setelah ada seorang mahasiswa yang mengaku keluar dari salah satu organisasi yang berafiliasi dengan gerakan terorisme di Indonesia. Pemetaan itu untuk melihat situasi mahasiswa terkait dengan radikalisme," kata Moh Hasan.
Hasil pemetaan itu, menurut dia, cukup mengejutkan. Namun, instrumen pemetaan radikalisme yang digunakan Tim Pemetaan Pemikiran Keagamaan LP3M masih perlu dikaji lagi dan hasil tersebut juga sudah disampaikan kepada BNPT.
Baca juga: Wapres sebut ada bahan pembelajaran mengandung unsur radikalisme
Baca juga: Wapres Ma'ruf luncurkan gerakan pelopor antiradikalisme
Baca juga: Moeldoko ungkap tujuan penerbitan SKB Radikalisme dan PP Terorisme
"Dari hasil pemetaan itu, kami melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti perbaikan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dan pendidikan kewarganegaraan (PKN), kemudian kunjungan ke pesantren, dan konseling terhadap mahasiswa yang diduga terpapar radikalisme," katanya.
Ia menegaskan bahwa Unej tidak tinggal diam terhadap hasil pemetaan mahasiswa yang terpapar radikalisme meskipun pihaknya belum meyakini kebenaran hasil penelitian tersebut 100 persen benar.
"Kami memperhatikan data itu. Namun, upaya pencegahan dan penanganan terhadap radikalisme di Unej dilakukan dengan 'senyap', seperti konseling agama yang diberikan kepada salah satu mahasiswa yang terindikasi memiliki benih-benih radikalisme," ucap Rektor Unej dua periode itu.
Kalau ada mahasiswa yang teindikasi memiliki potensi radikal, lanjut dia, pihak dosen Unej yang memiliki kemampuan yang memadai soal itu akan mencoba mendekati, kemudian menjalani proses untuk meredikalisasi agar seolah-olah pandangan benar yang mereka sampaikan bisa terimbangi dengan pandangan lain yang referensinya kuat sehingga mahasiswa tersebut bisa menjadi toleran lagi.
Sementara itu, Ketua PMII Komisariat Unej Ainur Rizqi Mubarrok mengatakan bahwa hasil pemetaan LP3M Unej yang menyebutkan bahwa 22 persen dari 15.567 mahasiswa Unej sudah terpapar radikalisme harus menjadi perhatian bersama untuk mencegah makin meningkatnya angka tersebut.
Baca juga: Rektor Unej angkat bicara terkait pemberhentian Ketua LP3M
Baca juga: Umar Patek: Anak muda jangan belajar agama hanya dari internet
"Ini menjadi PR bersama. Namun, pihak Unej secara kelembagaan harus membentuk tim khusus untuk mencegah dan memberantas radikalisme yang sudah merongrong kampus kebangsaan Unej," katanya.
Menurut dia, tidak hanya mahasiswa yang terpapar radikalisme, tetapi ada kemungkinan dosen dan karyawan juga terpapar radikalisme sehingga perlu pemetaan radikalisme terhadap dosen dan karyawan.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019