Semarang (ANTARA News) - Kegiatan politik praktis dilarang menggunakan institusi atau atribut Nahdlatul Ulama (NU), demikian salah satu dari lima butir kesepakatan silaturahmi nasional ulama NU di Podok Pesantren Edi Mancoro Tuntang, Kabupaten Semarang, Senin. Kesimpulan silaturahmi nasional ulama NU yang disampaikan KH Mustofa Bisri (Gus Mus) tersebut juga merekomendasikan untuk memasyarakatkan kembali sembilan butir pedoman berpolotik NU hasil Muktamar NU XVIII di Yogyakarta tahun 1989, baik kepada warga NU yang aktif berpolitik praktis maupun yang pasif. Para kiai NU juga menyerukan kepada semua pihak yang tengah aktif dalam partai politik dan kegiatan-kegiatan politik untuk membangun ukuwah persaudaraan dan tetap bersatu dalam perbedaan dengan memperhatikan prinsip Islam. Mereka juga menyerukan kepada warga NU agar tidak menghabiskan energinya hanya untuk kegiatan politik praktis maka semua warga NU harus menghindari semua bentuk, sikap, dan perilaku kerugian atau ekstrem. Para kiai juga mengimbau agar keaktifan dalam kegiatan-kegiatan politik jangan sebagai alasan pembenar bagi pelaku untuk meninggalkan amalan-amalan hikmah NU yang bermanfaat langsung bagi masyarakat seperti pendidikan dan kegiatan kemasyarakatan lainnya. "Peserta silaturahmi mencermati masukan para ulama dan kiai pesantren serta ratusan masyarakat nahdiyin di daerah berkaitan dengan situsai terkini, yakni menjelang Pemilu 2009. Hasil kesepakatan ini akan direkomendasikan ke PBNU dan pengurus cabang," katanya. Gus Mus mengatakan, sudah terbukti ketika institusi atau atribut NU digunakan dalam politik praktis bisa menjadikan perpecahan di antara warganya dan tidak ada gunanya bagi NU. "Sudah ada dalam pilkada yang membawa-bawa NU. Jadi kalau tidak mempunyai modal untuk berpolitik tidak usah berpolitik, jangan mengajak-ajak institusi nanti orang bingung dengan khitah NU," katanya. Ia mengatakan, ini sikap politik NU atau apa, tetapi ini keputusan dari musayawarah para kiai NU yang diundang pada hari ini. "Ini aspirasi mereka, kami hanya menyimpulkan. Mereka para kiai di daerah yang merasakan pahit getirnya kehidupan di bawah," katanya. Ketika disinggung mengapa anjuran golput dari Gus Dur tidak disinggung dalam pertemuan ini, dia mengatakan karena sudah banyak yang menyinggung. "Pertemuan ini tidak menyikapi tentang seruan golput dari Gus Dur, sebab kalau menyikapi itu maka umat tambah resah lagi karena ada yang haram dan ada yang mewajibkan. Kita ini mengayomi rakyat agar tidak bingung, nanti kalau menyikapi malah tambah bingung lagi," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009