Jakarta (ANTARA News) - Indonesia masih berpeluang mendapatkan pinjaman lunak dari berbagai negara melalui berbagai program untuk menutup defisit APBN, demikian Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu Rahmat Waluyanto di Jakarta, Rabu. "Asalkan kita punya program-program yang bagus seperti pengentasan kemiskinan, pemberantasan korupsi, 'climate change,' pendidikan, kesehatan, saya rasa akan banyak pihak yang tertarik terutama bilateral untuk membantu Indonesia dengan pinjaman yang 'term and condition'nya (syaratnya) lebih ringan," kata Rahmat Waluyanto di Gedung Depkeu Jakarta, Rabu. Ia mencontohkan, Prancis melalui Badan Perancis untuk Pembangunan (AFD) pada 2008 ini memberikan pinjaman dalam APBN melalui program "climate change" untuk mengeliminasi dampak perubahan iklim. Pemerintah Indonesia sudah memiliki matriks kebijakan terkait program itu sehingga AFD memberikan komitmen pinjaman lunak sebesar 200 juta dolar AS. Mereka mengupayakan dana tambahan sehingga tahun ini jumlah pinjaman mencapai 300 juta dolar AS. "Ini di luar dugaan kita," kata Rahmat. Sejumlah pihak seperti Japan Bank International Corporation (JBIC), Jerman, Italia, dan Inggris masih tertarik untuk memberikan pinjaman lunak. "Mereka masih tertarik meskipun bukan dalam bentuk program loan (pinjaman), tapi swap (alih status eksposur dana). Jadi saya kira untuk mengelola utang dengan baik kita masih punya prospek yang sangat baik untuk membiayai APBN," katanya. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008