Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Front Persatuan Nasional (FPN) KH Agus Miftach menyatakan bahwa semua pihak harus menyadari bahwa satu negara Indonesia yang modern tidak mungkin dibentuk oleh budaya tunggal, melainkan dengan keragaman budaya (multikultur).
"Oleh karena itu sikap konformitas dogmatis dalam masyarakat agama hanya bersifat ke dalam dan tidak mungkin diberlakukan keluar, karena akan menghadapi sikap serupa dari kelompok agama lain," katanya dalam dialog dengan jajaran Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa malam.
Agus menekankan bahwa hakekat kehidupan adalah keragaman karena keragaman adalah kekayaan dan kekuatan bangsa Indonesia. "Biarkan seribu bunga berkembang, taman sari akan indah dan penuh makna kehidupan," ujarnya.
Pemimpin Ormas Islam Wahdatul Ummah itu mengatakan, Indonesia adalah bagian dari proses modernisme dunia, terbukti dengan pilihan sistem negara yang dibentuk, bukan negara agama atau bentuk primordial lainnya, melainkan negara modern dengan ideologi modern yang terbuka yaitu Pancasila.
"Pancasila terbukti mampu mengatasi dan mensinergikan pluralitas-sosial menjadi satu negara yang utuh dan bersatu," katanya.
Agus menegaskan masa pemerintahan Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto yang panjang dan diwarnai dengan tindak kekerasan dan kediktatoran, bukanlah suatu bentuk kegagalan Pancasila, melainkan satu tahap yang harus dilalui dalam proses pembentukan negara-bangsa modern.
Menurut mantan ketua harian Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu, proses politik yang kini tengah berkembang di Indonesia, lebih banyak "salah kaprah" diwarnai demokrasi prosedural yang korup dan tanpa arah, sehingga dinilai melemahkan institusi negara dihadapan rakyat yang belum matang secara ideologis dan ekonomis.
Akibatnya, kata Agus, justru memunculkan kembali sikap fanatisme-primordial, dan lebih dari itu memperluas kemiskinan dan kemunduran ekonomi secara menyeluruh.
Tokoh kalangan NU itu mengusulkan adanya gerakan untuk mengembalikan negara ini pada rel-nya yang benar, yaitu Pancasila dan UUD 1945 yang asli yang disertai mengadops semua hasil reformasi sebagai tahapan penting dalam perjuangan bangsa, untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, adil dan sejahtera.
Agus mengingatkan jajaran pemuda dalam menghadapi Pemilu 2009 agar tidak mempersoalkan dikotomi kepemimpinan bangsa dari kaum tua dan muda, namun bangsa Indonesia memerlukan revolusi pemikiran dari mahasiswa dan generasi muda yang cerdas, berani, penuh komitmen dan sanggup berkorban, bukan pejuang bayaran.
"Kita memerlukan pejuang-pejuang muda yang penuh imajinasi serta membutuhkan Front Persatuan dan Front Perjuangan bersama secara total untuk mewujudkan tujuan nasional dan cita-cita bangsa sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945," demikian KH Agus Miftach.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008