Bogor (ANTARA) - Rektor IPB University Prof Dr Arif Satria menyatakan optimistis Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) memiliki visi ke depan yang panjang pada pembangunan sumber daya manusia (SDM).
"Visi tersebut tentunya sejalan dengan visi Presiden yang telah menyampaikan lima prioritas kerja utamanya di periode kedua, salah satunya adalah pembangunan sumber daya manusia," kata Arif Satria di sela kegiatan Seminar dan Kongres II Asosiasi Profesor Indonesia (API) di IPB International Convention Center (IICC), Bogor, Selasa.
Menurut Arif Satria, berbicara pembangunan sumber daya manusia dalam konteks masa depan, tentunya harus siap menghadapi tantangan masa depan.
Baca juga: Mendikbud : Mendongeng latih imajinasi anak
Baca juga: Mendikbud akan pangkas macam-macam regulasi
Baca juga: Hari guru, Mendikbud: Dua poin penting, guru merdeka dan penggerak
Arif menilai, pada masa depan Indonesia akan menghadapi situasi VUCA yakni volatility, uncertainly, complexity, and ambiuity, yakni situasi yang dinamis, adanya ketidakpastian, serta persoalan yang kompleks.
"Saya optimistis Menteri memiliki pandangan yang jauh ke depan untuk menjawab situasi VUCA," katanya.
Menurut Arif, untuk menjawab situasi VUCA, tidak cukup hanya cerdas, tapi harus lincah dan dinamis. "Harus tajam dan peka dalam membaca situasi dan peluang," katanya.
Dalam menghadapi situasi masa depan, kata dia, harus banyak melakukan kerja sama atau kolaborasi. "Ke depan sudah tidak bisa lagi berinovasi sendiri-sendiri, tapi harus berkolaborasi dan saling melengkapi," katanya.
Arif Satria juga menambahkan, kampus juga harus otonom sehingga dengan adanya otonomi maka kampus dapat menghasilkan inovasi-inovasi yang murni. "Siapapun yang masuk ke dalam kampus, harus bisa berkolaborasi dan bersikap independen," katanya.*
Baca juga: KPAI apresiasi kemerdekaan belajar dalam pidato Mendikbud Nadiem
Baca juga: Kiprah Nadiem Makarim paling ditunggu masyarakat
Baca juga: Menteri Nadiem merapat ke kantor Erick Thohir, ada apa?
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019