Jakarta (ANTARA) - Ucapan penyanyi Agnez Mo mengenai asal usulnya sebagai orang yang tak punya darah asli Indonesia-- melainkan campuran Jerman, Jepang dan China-- menuai kontroversi di dunia maya dan jadi perdebatan warganet, sebagian menuduhnya tidak nasionalis.

Agnez kemudian mengunggah potongan video wawancara bersama "Build Series" produksi Yahoo di New York City, Amerika Serikat, di akun Instagramnya, Selasa.

Dia melengkapinya dengan keterangan berbahasa Inggris, "Aku tumbuh di tengah budaya yang kaya. Aku mendukung inklusivitas budaya. Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda tapi tetap satu. Aku senang bila bisa berbagi mengenai akar dan negaraku. Aku akan selalu jujur dan berkata pada dunia bagaimana minoritas sepertiku diberi kesempatan untuk bermimpi dan mengejar impian itu."


Unggahan itu banyak mendapat komentar positif dari sesama pesohor, termasuk Daniel Mananta yang menulis, "Keren banget Indonesia dibicarakan terus di Pop Culture di Amrik sama Agnez! Not many people can do that!"

Agnez Mo yang hadir pada penganugerahan musik American Music Awards (AMA) 2019, menyempatkan diri untuk berbicara tentang keberagaman Indonesia dan bagaimana ia mulai mengenal musik kepada platform budaya "Build Series" produksi Yahoo di New York City, Amerika Serikat.

"(Kebudayaan Indonesia) mengajariku bagaimana mencintai kelemahanku, bagaimana mencintai perbedaanku," kata Agnez Mo saat menjawab pertanyaan Kevan Kenney di Build yang disiarkan lewat YouTube 22 November 2019.

Dalam kesempatan itu, Agnez Mo mengungkapkan bahwa dia tidak punya darah asli Indonesia karena sebenarnya dia memiliki berbagai darah campuran seperti Jerman, Jepang dan China.

"Aku cuma lahir di sana," kata penyanyi kelahiran Jakarta 33 tahun silam itu.

Baca juga: Agnez Mo bicara kebhinekaan Indonesia di Amerika

Pelantun lagu "Coke Bottle" itu lantas menjelaskan, meski tak punya darah asli Indonesia namun bukan berarti dia tak merasa bangga sebagai orang Indonesia.

"Aku memang selalu merasa berbeda, tapi bukan berarti aku merasa tak menjadi bagian dari Indonesia karena orang-orang (Indonesia) selalu menerimaku apa adanya," kata dia.

Agnez Mo mengatakan banyaknya perbedaan adalah kekuatan bagi Indonesia.

"Aku tumbuh dengan itu.. Indonesia punya lebih dari 18.000 pulau dengan lagu-lagu tradisional yang berbeda dengan baju-baju tradisional yang berbeda. Aku bernyanyi di gereja, lagu-lagu gereja, aku juga seorang kristen di tengah masyarakat yang umumnya muslim... Tapi itu bukan cuma soal representasi budaya, tapi lebih ke inklusivitas," kata dia.

Dalam wawancara itu Agnez juga mengungkapkan bahwa dirinya "kagok" bersosial media karena dia terlahir di era tanpa sosial media. Meski demikian dia meraih penghargaan Ikon Sosial Media iHeart pada 2019.

"Saat aku menang penghargaan itu rasanya ironis, meski rasanya bangga juga.. dan yang penting karena aku jadi disorot media aku harus lebih bertanggung jawab dengan semua perkataanku di hadapan publik," kata dia.

Agnez Mo berhasil melebarkan sayap kariernya ke Amerika Serikat. Lagu "Overdose" miliknya masuk ke daftar top 20 radio-radio di Amerika Serikat.

Baca juga: Moeldoko: Jangan digoreng Agnez Mo tidak nasionalis

Baca juga: Agnez Mo hadiri American Music Awards 2019

Baca juga: Agnez Mo jadi artis Indonesia pertama di Madame Tussauds Singapura

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2019