Palembang (ANTARA) - Pemerintah Kota Palembang berencana mendaftarkan tradisi makan bersama delapan orang secara berkelompok atau 'Ngobeng' menjadi warisan budaya tak benda agar tetap eksis dan terwariskan.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Palembang, Zanariah, Selasa, mengatakan tradisi Ngobeng atau Ngidang harus mulai diangkat kembali karena memiliki makna gotong-royong yang kuat.
"Kami berencana mendaftarkan tradisi Ngobeng atau Ngidang ini menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), dengan harapan dapat dijadikan wahana tradisi yang lestari agar nilai-nilai luhur tidak luntur oleh pengaruh budaya lain," ujar Zanariah saat gelaran Ngobeng di Museum SMB II Palembang.
Masyarakat Palembang melakukan interaksi sosial yang baik di dalam proses Ngobeng lewat obrolan-obrolan bersifat silaturahmi dan cara menikmati makanan dengan saling mengoper lauk-pauk.
Di dalam tradisi Ngobeng, kata dia, terdapat makanan khas Palembang yang dihidangkan seperti malbi, nasi kuning, sambal nanas, ayam kecap, dan beberapa makanan lain yang semuanya dihidangkan di atas lantai berlapis taplak meja.
Baca juga: Memuliakan tamu dengan tradisi "ngidang"
Baca juga: "Ngobeng" awali dzikir sambut tahun baru di Palembang
Ngobeng diyakini masyarakat Palembang era 80-an lebih baik daripada prasmanan, sebab lebih hemat dan tidak mubazir karena tamu hanya mengambil makanan seperlunya mengingat piring yang diberikan berukuran kecil.
"Dengan kebaikan nilai-nilainya, kami tidak ingin Ngobeng punah," katanya.
Pemkot Palembang sendiri aktif menggelar Ngobeng pada berbagai perayaan budaya, seni dan sejarah, seperti gelaran Ngobeng di Museum SMB II hari ini untuk mengenang Sultan Mahmud Badaruddin II yang wafat pada 26 November 1852 di pengasingan Ternate.
Sementara salah seorang tokoh budaya Palembang, RM Ali Hanafiah, menjelaskan bahwa tradisi Ngidang atau Ngobeng biasanya dilaksanakan dalam rangka sedekah resepsi pernikahan atau aqiqah.
“Ngidang bermakna memindahkan makanan-minuman. Memang sudah menjadi khas Palembang ketika ada acara pernikahan, tapi sayang sekarang orang lebih pilih prasmanan dengan alasan lebih praktis," kata RM Ali Hanafiah.
Meski langka, namun Ngobeng masih bisa ditemui di beberapa dari di kota Palembang seperti di kawasan Seberang Ulu dan Tangga Buntung yang menjadi kampung orang-orang Palembang lama.*
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019