"Investasi akan meningkat dengan adanya Omnibus Law cipta lapangan kerja dan Undang-Undang Perpajakan," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir dalam seminar nasional Indef di Jakarta, Selasa.
Selain karena Omnibus Law, optimis terhadap pertumbuhan ekonomi sesuai target juga didorong konflik dagang antara Amerika Serikat dan China sudah mereda.
Dengan kondisi itu, ia yakin permintaan global akan kembali naik sehingga mendorong ekspor Indonesia.
Selama ini, perang dagang di antara dua negara dengan ekonomi besar itu menjadi salah satu biang yang mendorong perlambatan ekonomi global.
Indikator lainnya, lanjut dia, hingga Oktober 2019 terdapat 45 investor yang disetujui untuk mendapatkan fasilitas pembebasan pajak atau tax holiday dengan nilai rencana investasi mencapai Rp525 triliun.
Program pembebasan pajak tersebut akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Untuk itu, Iskandar tidak yakin dengan proyeksi beberapa pengamat ekonomi termasuk Indef yang menyebutkan pertumbuhan ekonomi RI tahun 2020 akan menurun mencapai 4,8 persen.
"Kalau (pertumbuhan ekonomi) 4,8 persen itu kita sudah resesi. Dengan pengalaman masa lalu, bahkan tahun 2008-2009 kita bisa tumbuh 4,88 persen, padahal parah waktu itu, apalagi sekarang tidak ada tanda konsumsi melemah," imbuhnya.
Sebelumnya, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh melambat tahun 2020 mencapai 4,8 persen karena masih dibayangi tantangan dari sisi global dan domestik.
Menurut Indef, tantangan global ditandai dengan penurunan pertumbuhan ekonomi bahkan menuju resesi global.
Indef menilai perang dagang antara Amerika Serikat dan China masih minim kepastian sehingga gejolak tersebut memberi imbas terhadap pertumbuhan dan perdagangan dunia.
Pada triwulan ketiga tahun ini, BPS mencatat pertumbuhan Indonesia mencapai 5,02 persen atau tumbuh melambat dibandingkan periode pertama dan kedua 2019 yang masing-masing mencapai 5,07 dan 5,05 persen.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019