Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi X DPR Fahmi Alaydrus mengatakan guru adalah pewaris Nabi karena Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menjadi guru bagi umat manusia.
"Dalam tujuan pendidikan nasional, guru adalah tulang punggung dalam membangun peradaban," kata Fahmi dalam diskusi publik yang diadakan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa.
Politisi PKS itu mengatakan guru yang profesional akan menyokong tujuan pendidikan nasional untuk menuju Indonesia yang maju dan beradab.
Baca juga: Kowani : guru bukan hanya sekedar profesi
Baca juga: Pemerintahan Jokowi upayakan terus peningkatan kualitas guru
Sebaliknya, bila guru tidak profesional, Indonesia tidak akan menjadi bangsa dan negara yang maju dan beradab. Karena itu, profesionalisme guru harus menjadi prioritas yang pertama dan utama.
"Maka dalam proses perekrutan guru hingga ujungnya harus terkawal dengan baik," ujarnya.
Fahmi mengatakan guru yang tidak memiliki kemampuan dan profesional hanya akan menyia-nyiakan murid-murid yang dia ajar. Bukan hanya satu atau dua murid, tetapi bisa jadi puluhan bahkan ratusan murid.
Baca juga: Mendikbud sebut minat kaum milenial jadi guru tinggi
Baca juga: Jokowi tegaskan profesi guru tidak bisa digantikan mesin
"Bila murid diajar dan dididik dengan cara yang biasa-biasa saja, maka kelak mereka juga hanya akan menjadi orang yang biasa-biasa saja," tuturnya.
Fraksi PKS DPR mengadakan Diskusi Publik bertajuk "Derita Guru dalam Sistem Pendidikan Indonesia" dengan pidato kunci oleh Presiden PKS Muhammad Sohibul Imam.
Selain Fahmi, narasumber lain yang hadir dalam diskusi yang dimoderatori Ali Chudori dari Departemen Pendidikan DPP PKS itu adalah Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama Abdul Mukti Bisri, Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan MQ Wisnu Aji, dan pengamat pendidikan Rocky Gerung.
Baca juga: Sohibul Iman: Profesi guru harus berdasarkan kesadaran
Baca juga: Kemendikbud pemberian tunjangan guru terus meningkat
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019