Jakarta (ANTARA) - Puji Utami (43) ibunda bocah penderita pengeriputan otak di Pejaten Timur, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan mengalami kesulitan ekonomi untuk membiayai kesehatan anaknya hingga tidak mampu membayar listrik.
Puji saat ditemui di rumahnya di Jalan Swadaya I, Gang Langgar II RT 07 RW 10 No 23A, Senin, mengatakan sempat menunggak bayaran listrik sebesr Rp300 ribu dan hampir mau diputus oleh PLN.
"Kemarin saya terpaksa menggadaikan ponsel anak saya untuk bayar listrik sebelum diputus PLN," kata Puji.
Ia mengatakan ponsel milik anak pertamanya digadaikan di pusat gadai seharga Rp1 juta. Uang tersebut lantas digunakan untuk membayar listrik dan kebutuhan rumah tangga serta kebutuhan Panggah Jalu Panawe (14) putra bungsunya yang mengalami pengeriputan otak.
Untuk bukan November ini Puji kembali mendapatkan surat pemberitahuan pemutusan listrik apabila tidak membayarkan tagihan pemakaian listrik senilai Rp200 ribu.
"Bulan ini saya lagi mikir dulu dapatkan duitnya dari mana," kata Puji.
Puji janda beranak tiga ini dulu bekerja sebagai buruh cuci gosok di kawasan Kuningan, Jakartan Selatan, sebulan menerima gaji Rp1.3 juta.
Sejak putra bungsunya Panggah Jalu Panawe menderita pengeriputan otak, Puji berhenti bekerja memilih fokus merawat putranya di rumah.
"Saya biar di rumah saja jaga anak saya sampai sembuh," katanya.
Sudah 1,5 tahun Panggah didaknosis mengalami pengeriputan otak, dari bisa berjalan hingga kini lumpuh terbaring dengan tangan tertekuk dan kaki tidak bisa dilipat.
Selain itu, Panggah juga mengalami luka tekan di tujuh titik khususnya tulang-tulang yang menonjol. Luka tersebut cukup parah karena sudah menampakkan tulang.
Puji sudah menghabiskan puluhan juta untuk biaya pengobatan anaknya, terutama untuk biaya terapi anaknya setiap dua kali sebulan. Sekali tetapi biaya mencapai Rp350 ribu.
Baca juga: Dinsos DKI persilakan masyarakat yang ingin bantu pencari suaka
Baca juga: Bank DKI bersama Dinsos distribusikan Kartu Lansia Jakarta
Baca juga: Dinsos DKI Siapkan Rumah Tinggal Sementara Untuk Korban Kebakaran Tomang
"Ada BPJS tapi kalau terapi dengan BPJS petugas cuma kasih arahan yang praktekin kita sendiri," kata Puji.
Puji hidup bersama dua putranya, putra pertama bekerja sebagai OB di ISS, sedangkan putra bungsunya berusia 14 tahun sakit sudah 1,5 tahun lamanya.
Janda beranak tiga tersebut tinggal di sebuah rumah sederhana di bawah jaringan listrik Sutet di Gang Langgar I, Pejaten Timur.
Puji berharap PLN bisa memberi waktu untuknya melunaskan tunggakan agar listrik di rumahnya tetap menyala.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019