Jakarta, (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Senin sore menguat hingga Rp9.300 per dolar AS setelah Bank Indonesia (BI) berencana memperpanjang fasilitas Repo surat berharga. Rencana BI memperpanjang Repo itu dan penempatan dana emerintah di BI untuk mendorong likuiditas perbankan memicu rupiah menguat, kata analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat menjadi Rp9.300/9.305 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.313/9.380 atau naik 13 poin. Ia mengatakan, pemerintah Amerika Serikat juga menyuntik dana sebesar 700 miliar dolar AS untuk mengatasi krisis keuangan yang terjadi di negara itu yang mengimbas kawasan Eropa dan Jepang. Amerika Serikat berusaha mengantisipasi krisis keuangan setelah sejumlah perusahaan terbesar AS banyak yang pailit (bangkrut), katanya. Rupiah sebelumnya sempat menguat hingga mendekati angka Rp9.080 per dolar AS dan kini terpuruk pada Rp9.450 per dolar AS. Menurut dia, rupiah akan kembali menguat, karena BI tetap menjaga likuiditas mata uang lokal itu dengan menerapkan berbagai instrumennya di pasar, meski turbulensi krisis ekonomi global masih belum reda. BI juga kemungkinan akan kembali menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) untuk mencegah laju inflasi yang cenderung meningkat, katanya. Menurut dia, BI harus hati-hati dalam menaikkan suku bunga jangan terlalu cepat, sehingga bunga BI Rate masih tetap berada dibawah angka 10 persen. Apabila BI Rate berada di atas angka 10 persen, maka dikhawatirkan pertumbuhan ekonomi akan semakin melambat, ucapnya. Ia mengatakan, kenaikan rupiah pada sore ini sebenarnya sudah dapat diduga karena pasar masih positif terhadap mata uang Indonesia itu. Hanya sebagian kecil yang agak khawatir memegang rupiah, mereka lebih cenderung membeli dolar AS. Pelaku lokal lebih agresif untuk membeli rupiah yang diperkirakan pada hari berikutnya akan masih dapat bergerak naik hingga di bawah angka Rp9.300 per dolar AS, ucapnya.(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008