Jakarta (ANTARA) - Indonesia dinilai mempunyai tiga modal untuk mengembangkan startup atau perusahaan rintisan dalam negeri yang sanggup melakukan persaingan ekonomi digital di tingkat internasional, menurut Wakil Menteri Luar Negeri RI Mahendra Siregar.
"Indonesia, pertama memiliki demografi muda, kedua yaitu demokrasi, dan ketiga adalah masih besarnya kelompok masyarakat yang memiliki akses yang kurang," kata Mahendra dalam forum Kemlu for Startup di Jakarta, Senin.
Menurut dia, penduduk usia muda yang dianggap lebih dinamis, lebih kreatif, dan penuh potensi untuk berkembang adalah faktor utama yang khas dimiliki Indonesia dan tidak banyak dimiliki oleh negara lain, termasuk oleh negara-negara yang berpenduduk banyak.
Baca juga: Pegadaian Denpasar gelar kompetisi "startup", wadahi generasi milenial
Modal berupa sumber daya manusia itu didukung dengan status Indonesia sebagai negara demokrasi, yang disebut Mahendra sebagai negara dengan masyarakat kritis, terbuka, transparan, dan terbiasa dengan dialog dan interaksi.
Di sisi lain, keterbatasan akses bagi kelompok masyarakat pada pasar, permodalan, pemahaman, serta akses secara internasional, bagi Mahendra merupakan peluang yang menempatkan Indonesia di posisi penting dalam konteks ekosistem perusahaan rintisan dan dunia digital masa depan.
Perusahaan rintisan berbasis teknologi yang dikembangkan di dalam negeri untuk bersaing secara global dianggap menjadi andalan untuk diplomasi ekonomi, yang merupakan salah satu prioritas kebijakan luar negeri Indonesia.
Baca juga: Kemlu dorong ekosistem 'startup' untuk diplomasi ekonomi
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, yang menjadi pembicara kunci dalam Kemlu for Startup, menyebut bahwa selain berperan dalam ekonomi global, perusahaan rintisan diharapkan juga mendukung visi Indonesia Maju 2045.
Ia melihat Indonesia sudah mempunyai semua elemen untuk menjadi negara maju, dengan hanya satu perkecualian, yaitu kekurangan wira usaha, termasuk secara khusus dalam bentuk perusahaan rintisan.
"Untuk memenuhi ekspektasi visi Indonesia Maju 2045, tidak bisa dengan business as usual (model bisnis konvensional) tetapi harus melalui inovasi," kata Bambang.
Baca juga: Gojek buka kesempatan bagi startup baru cari investor
Soal pengembangan perusahaan rintisan yang didorong ke tingkat internasional, Kemlu menjalin koordinasi dengan Kemenristek sebagai pihak yang melakukan pembinaan langsung kepada pelaku usaha rintisan lewat program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT).
Dalam jangka waktu 2015 hingga 2019, Kemenristek telah melakukan inkubasi bisnis berbasis teknologi untuk 749 perusahaan rintisan dan 558 calon perusahaan rintisan.
Baca juga: Startup ini siap bantu pemerintah tekan angka pengangguran
Baca juga: Gojek kembali gelar "Gojek Xcelerate" untuk 10 startup perempuan
BPJS Kesehatan kembangkan pelayanan kesehatan berbasis digital
Pewarta: Suwanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019