Jakarta (ANTARA) -

Jepang menyebut pembangunan berkelanjutan di Kepulauan Natuna penting dalam pengembangan strategi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka (Free and Open Indo-Pacific) yang didorong negara tersebut.

Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia Keiichi Ono menjelaskan bahwa strategi tersebut mempromosikan kemitraan yang dapat menghubungkan Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta benua Amerika hingga Afrika.

“Pulau-pulau terluar Indonesia, salah satunya Natuna, terletak di titik penting yang menghubungkan kedua samudera ini. Itulah sebabnya saya menekankan bahwa kepulauan ini juga sangat penting bagi pengembangan strategi kami,” ujar Ono di sela-sela diskusi berjudul Engaging Potential Partners on the Sustainable Development of Indonesia’s Outer Islands: the Case of Natuna Islands di Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, Senin.

Baca juga: Presiden tegaskan negara hadir di pulau terdepan

Mengklaim bahwa strategi Jepang memiliki banyak kesamaan dengan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP) serta visi poros maritim Indonesia, Ono menilai ketiga pihak harus bersinergi untuk membangun pulau-pulau terluar yang menjadi salah satu kepentingan utama dalam pengembangan berbagai konsep kerja sama tersebut.

Untuk itu, Ono menjelaskan bahwa Jepang telah membantu pembangunan di Kepulauan Natuna dengan fokus pada dua sektor, yaitu perikanan dan pariwisata.

Pada sektor perikanan, Jepang tengah membangun dermaga dan fasilitas ruang penyimpan beku (cold storage) di Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Selat Lampa.

Baca juga: Menteri Susi resmikan SKPT di Kabupaten Natuna

Selain itu, Jepang juga membangun pasar ikan baru, cold storage, dan mesin es di Kota Ranai.

Sedangkan pada sektor pariwisata, Jepang telah mengirim sebuah tim yang bertugas melakukan survei soal potensi pariwisata di Kepulauan Natuna.

Tim yang berkunjung ke Natuna pada April 2019 itu menemukan sejumlah potensi yang dimiliki kepulauan tersebut, yakni keberadaan bangkai-bangkai kapal dan terumbu karang di bawah laut, pantai dengan jajaran batu-batu granit di Alif Stone Park, serta Desa Penagi.

Baca juga: Kapal asing tidak cocok untuk nelayan Natuna

Namun, Ono mencatat bahwa aksesibilitas masih menjadi tantangan utama untuk pengembangan pariwisata Kepulauan Natuna.

Dari Jakarta, misalnya, perjalanan ke Natuna harus ditempuh dengan perjalanan udara selama kurang lebih 90 menit ke Batam, kemudian dilanjutkan dengan penerbangan ke Ranai, Natuna selama kurang lebih 90 menit.

Padahal, Ono melanjutkan, pariwisata adalah sektor penting yang menunjang konektivitas antarmanusia dan ekonomi.

“Pariwisata berkaitan dengan arus manusia yang akan berkontribusi pada aliran uang dan ukuran ekonomi. Itu sebabnya kami menekankan pentingnya pariwisata,” ujar dia.

Sesuai instruksi Presiden RI Joko Widodo, Kepulauan Natuna sebagai satu dari 111 kepulauan terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan yang dinamis, telah ditetapkan untuk dikembangkan sebagai pusat perikanan, pariwisata, ekonomi kerakyatan, konservasi, dan pertahanan militer.

Baca juga: Kemenko Maritim identifikasi pembangunan di Natuna

Baca juga: Jokowi kisahkan pengalaman naik kapal perang untuk pertahankan Natuna

Membangun Natuna berkelanjutan dukung nawa cita

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019