Jakarta, (ANTARA News) - Organda DKI Jakarta bersikeras tidak akan menurunkan tarif angkutan umum meskipun harga bahan bakar minyak (BBM) turun.
Alasan yang digunakan masih berkutat di banyaknya komponen operasional angkutan umum yang harus diperhitungkan, tidak hanya BBM.
"Kalau hitung-hitungan, BBM memang turun, namun harga onderdil naik, hingga 20 persen," kata Sekretaris DPD Organda DKI T.R Pandjaitan ketika ditemui di Mukerda DPD Organda IV di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Senin.
Panjaitan menyebut ada 11 item untu penentuan tarif ini seperi investasi, suku cadang dan lain-lain yang termasuk dalam `fixed cost`.
Selain itu, jika hasil perhitungan menunjukkan penurunan harga hanya sebesar Rp150, Panjaitan menyebut jumlah itu kurang signifikan dan cenderung menyusahkan masyarakat.
"Kalau diturunkan Rp150, misalnya, apa di lapangan bisa jalan? Jangan buat masyarakat bingung," katanya.
Harga suku cadang yang masih belum turun juga membuat Organda DKI enggan membahas penurunan tarif angkutan itu.
"Suku cadang itu diimpor enam bulan sebelumnya. Belinya pakai dolar. Sekarang dolar juga sudah mau naik lagi," kata Panjaitan bersikeras.
Pemerintah menurunkan harga bensin dari Rp6.000 ke Rp5.500 pada 1 Desember dan kembali menurunkan harga dari Rp5.500 menjadi Rp5.000 pada 15 Desember.
Sementara solar juga mengalami penurunan dari Rp5.500 menjadi Rp4.800 pada tanggal 15 Desember.
Masyarakat mengharapkan Organda untuk menurunkan tarif angkutan namun sejak dilakukan penurunan harga BBM, Organda selalu menolak untuk menurunkan tarif.
Pemprov DKI berharap agar Organda DKI bersedia menurunkan harga angkutan dan telah melakukan perhitungan lewat Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ).
"Penurunannya masih dihitung lagi. Tapi mari berpikir, pengusaha gak rugi, rakyat tidak terbebani, jadi kalau bisa diturunkan, ya diturunkan," papar Wagub.
Wagub berharap agar DTKJ segera mengeluarkan rekomendasi penurunan tarif itu untuk segera ditetapkan melalui Peraturan Gubernur (Pergub).
"Kan ada rumusnya, komponen apa yang berhubungan dengan tarif, masukkan saja," katanya.
Organda menyebut lebih memilih untuk meningkatkan pelayanan daripada menurunkan tarif angkutan.
"Misalnya sekarang kan supir angkot gak ada yang pakai seragam, pakai kaos oblong saja. Itu akan dirapikan. Nanti juga angkot akan diharuskan berhenti di halte," kata Panjaitan.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009