Jerusalem (ANTARA News)- Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengumumkan pengunduran dirinya, Minggu, tetapi ketidakpastian politik melanda Israel dan membentuk satu bayangan bagi perundingan perdamaian Timur Tengah yang didukung AS jauh dari selesai.
"Saya telah memutuskan untuk mengakhiri tugas saya sebagai perdana menteri pemerintah Israel," kata Olmert dalam sidang kabinet mingguan di Jerusalem, beberapa hari setelah Menlu Tzipi Livni terpilih sebagai pemimpin partai Kadima yang berhaluan tengah itu.
"Saya mengharapkan Tzipi Livini akan berhasil membentuk satu pemerintah nasional dengan komposisi yang ia inginkan," kata Olmert dalam pernyataan yang disiarkan di televisi.
"Bagi saya, saya akan membantu dia dengan segala kekuatan yang saya miliki."
Olmert masih akan mengajukan permohonan pengunduran dirinya kepada Presiden Shimon Peres, yang akan memberikan waktu kepada Livni 42 hari untuk membentuk pemerintah baru dan mencegah pemilu dipercepat, yang jajak pendapat menunjukkan partai Likud yang berhaluan kanan akan bisa berkuasa.
Olmert kemungkinan untuk sementara tetap sebagai perdana menteri sampai pemerintah baru dilantik, yang akan memerlukan beberapa bulan.
Hasil kepemimpinan Kadima menegaskan munculnya Livni menjadi wanita paling berkuasa di Israel dan mengikuti keberhasilan Golda Meir perdana menteri pertama wanita negara itu.
Olmert menghadapi sejumlah tuduhan korupsi selama beberapa bulan, dan pada 30 Juli mengatakan ia akan mundur apabila pemimpin partai baru dipilih dalam satu pemilihan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebagai menlu, Livni memimpin perundingan dengan Palestina Palestina yang secara resmi diluncurkan kembali 10 bulan lalu dengan tujuan mengakhiri konflik puluhan tahun pada akhir tahun ini.
Tetapi kedua pihak tetap memiliki perbedaan besar menyangkut masalah-masalah pokok termasuk perbatasan akhir, permukiman Yahudi di Tepi Barat, status masa depan Yerusalem dan nasib sekitar 4,6 juta pengungsi Palestina.
Perundingan-perundingan itu dapat menyulitkan usaha Livni untuk membentuk koalisi baru dengan Partai Shas yang berhaluan ultra Ortodoks-- mitra penting dalam pemerintah Olmert -- yang memutuskan akan keluar dari pemerintah jika masalah Yerusalem dibicarakan.
Pemimpin Shas Eli Yishai juga mengusulkan peningkatan jumlah uang bantuan keluarga, sesuatu yang sampai sekarang ditolak Livni.
Palestina menginginkan sebagian besar Yerusalem Timur Arab, yang direbut Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967, sebagai ibukota negara mereka mendatang.
Akan tetapi Israel menganggap seluruh kota itu adalah ibukotanya, satu klaim yang tidak diakui masyarakat internasional, demikian AFP.(*)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008