Wina, (ANTARA News)- Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) memulai pertemuan rutin setiap September dewan gubernur di Wina untuk membicarakan kemacetan dalam penyelidikannya terhadap program nuklir Iran yang kontroversial. Pertemuan, yang dijadwalkan akan berlangsung satu minggu tetapi bisa dirampungkan paling cepat Rabu, kata sejumlah diplomat, juga diperkirakan akan mendengar satu hasil pemeriksaan IAEA menyangkut Suriah, demikian diwartakan AFP. Suriah-- yang dituduh AS telah membangun sebuah fasilitas nuklir secara diam-diam sampai dihancurkan dalam serangan bom oleh Israel-- tidak secara resmi masuk agenda pertemuan tersebut. Kendatipun demikian, Direktur Jendral IAEA Mohamed El Baradei diperkirakan akan melaporkan kepada dewan beranggotakan 35 negara itu mengenai penyelidikan itu dalam pidato penbukaannya, Senin. Para anggota dewan gubernur itu akan membicarakan laporan terbaru ElBaradei mengenai Libya, yang menghentikan program senjata nuklirnya yang ilegal itu tahun 2003 dan telah bekerjasama secara terbuka setiap masalah penting sejak itu. Seperti dalam pertemuan-pertemuan dewan itu sebelumnya masalah Iran akan mendominasi rapat itu setelah sebuah laporan bsru ElBaradei yang menuduh Iran menghambat pemeriksaan IAEA, menolak memberikan akses pada dokumentasi , individu-individu atau lokasi-lokasi yang dapat mengungkapkan sifat sejati dari kegiatan-kegiatannya. IAEA telah memeriksa kegiatan nuklir republik Islam itu selama lima tahun , tetapi sejauh ini tidak dapat memutuskan apakah program itu seluruhnya untuk tujuan damai seperti yang diakui Iran. Badan pengawas nuklir itu mengatakan pihaknya memperoleh indikasi-indikasi baru yang menurut seorang ahli asing yang tidak disebutkan jati dirinya Iran sedang dalam eksperimen mengenai ujicoba ledakan kuat " yang sesuai bagi satu tipe ledakan nuklir". Para diplomat yang menghadiri penjelasan teknis pekan ini mengatakan ketua pemeriksa IAEA di kawasan Timur Tengah , Herman Naeckerts ,menunjukkan kepada mereka dokumen-dokumen dan foto-foto yang menyatakan Iran secara diam-diam berusaha memodifikasi satu kerucut rudal cocok dengan sebuah bom nuklir. Utusan AS untuk IAEA Gregory Schulte mengemukakan kepada wartawan setelah itu bahwa Naeckerts mengatakan informasi itu "menurut kata-kata mereka `sangat dapat dipercaya." Lagi pula , Iran menolak permintaan IAEA untuk mewancarai para insinyur yang terlibat dalam pekerjaan itu dan mengunjungi bengkel-bengkel kerja mereka.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008