Washington (ANTARA News) - Serangan pekan ini di kedutaan besar AS di Yaman menunjukkan kemampuan al-Qaida untuk menyusun diri kembali di sebuah negara yang secara strategis penting dan makin menekankan peralihan pusat perhatian kelompok itu dari Irak, kata pengamat.Serangan itu merupakan peringatan bahwa AS akan terus memerangi al-Qaida di banyak front bahkan jika Irak -- yang ditampilkan oleh pemerintah Bush sebagai front sentral dalam perangnya terhadap terorisme -- tenang.Para pemimpin paling senior al-Qaida telah menyerukan serangan di Yaman dan tempat lainnya di kawasan itu."Serangan di Yaman merupakan contoh kemampuan mereka untuk menyerang di mana saja di medan tempur pada kapan saja, dan kelompok eksrimis di Yaman telah membuatnya dikenal melalui ucapan dan tindakan buruk bahwa mereka ingin membunuh warga sipil yang tak bersalah," kata John Arquilla, guru besar di Naval Postgraduate School.Al-Qaida selama bertahun-tahun telah menyerang kepentingan AS di dan dekat semenanjung Arab, kata pejabat AS itu. Namun serangan di kedutaan itu, yang AS katakan mengandung "semua tanda" al-Qaida, adalah yang terbesar terhadap sasaran pemerintah AS di Yaman sejak pemboman 2000 atas kapal perusak angkatan laut Cole, yang menewaskan 17 awak kapal di pelabuhan Aden. Serangan di kedutaan besar di Sanaa itu menewaskan 17 orang, termasuk seorang wanita Amerika dan enam penyerangnya. Para penyerang menggunakan dua bom mobil bunuh diri yang memicu serangkaian ledakan di luar kedubes -- yang menandakan, kata pengamat, serangan yang canggih. Al-Qaida di Yaman telah melemah sejak serangan 11 September, karena Presiden Ali Abdallah Saleh meningkatkan kerjasama anti-terorisme dengan AS. Serangan dipusatkan sebagian besar pada wisatawan dan perusahaan asing, kata Michael Scheuer, bekas kepala unit pelacakan bin Laden CIA. "Ini (kedubes AS) adalah sasaran besar. Bagi saya itu akan mengatakan bahwa mereka lebih percaya diri dan bahwa mereka telah bangun kembali sampai tingkat bahwa mereka dapat melakukan sesuatu seperti ini." Pejabat antiterorisme itu mengatakan: "Al-Qaida di Irak tentu saja berjuang keras, jadi kemungkinan sekali bahwa para pemimpin senior al-Qaida melihat operasi yang meningkat di tempat lain". Akar Yaman Al-Qaida memiliki akar yang dalam di Yaman. Negara itu adalah rumah nenek-moyang pemimpin al-Qaida Osama bin Laden dan sumber penting pejuang untuk Brigade Islam anti-Soviet di Afghanistan pada 1980-an yang menelurkan al-Qaida. Sekitar sepertiga dari kira-kira 250 tahanan di penjara AS di Guantanamo Bay bagi tersangka terorisme asing adalah dari Yaman. Yaman, di ujung selatan semenanjung Arab, merupakan mata rantai penting ke markasbesar al-Qaida di Afrika timur dan rute penyusupan ke Arab Saudi, yang pemerintahnya al-Qaida ingin jatuhkan. Meskipun AS menganggap Yaman sebagai sekutu anti-terorisme, sejumlah pejabat telah lama frustrasi dengan tingkat kerjasama Saleh, kata Scheuer. Saleh juga menghadapi tekanan di dalam negeri untuk memudahkan al-Qaida, yang telah memberinya dukungan. "Ia berhutang pada al-Qaida dalam beberapa cara, dan karenanya keinginannya untuk berusaha benar-benar untuk melumpuhkan organisasi itu di Yaman sangat terbatas," kata Scheuer. Sejumlah narapidana al-Qaida termasuk di antara 20 tahanan yang melarikan diri dari penjara pada 2006, insiden yang menyulitkan Washington. Yaman telah menangkap 30 tersangka al-Qaida sejak serangan di kedubes itu, kata sumber keamanan di Sanaa. Namun Scheuer mengesampingkan hal itu sebagai penggulungan yang mencolok atas "tersangka biasa". Serangan rudal Predator AS pada 2002 menewaskan enam mata-mata al-Qaida termasuk seorang tersangka pelaku pemboman Cole, tapi itu tak berulang. Al-Qaida yang kalah di Yaman dan tempat lainnya akan membutuhkan jaringan cepat sekutu setempat serta memusatkan diri pada militer AS dan bantuan intelijen, kata Arquilla, yang menasehati "jaringan anti-teror global". Demikian Reuters.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008