Managua (ANTARA) - Sembilan ibu-ibu Nikaragua yang melakukan aksi mogok makan dan menjadi simbol aksi protes di negara Amerika Tengah tersebut pada Jumat dibawa ke rumah sakit dalam kondisi stabil, menurut dokter yang merawat mereka dan wartawan Reuters.
Sembilan ibu, bersama dengan tiga pegiat yang menentang Presiden Nikaragua Daniel Ortega, menghabiskan sembilan hari terkunci di sebuah gereja di Kota Masaya untuk menuntut pembebasan anak mereka, yang dianggapnya menjadi tahanan politik.
Pada Jumat sekelompok pengunjuk rasa dan seorang pastor Katolik di gereja tersebut dibawa ke rumah sakit di ibu kota oleh seorang perwakilan dari Vatikan untuk mendapat perawatan.
"Semuanya dalam kondisi stabil. Beberapa di antaranya mengalami dehidrasi akibat mogok makan yang berkepanjangan dan dua lainnya dalam observasi perihal kondisi kronis mereka," kata Mara Eugenia Espinoza, dokter selaku direktur Rumah Sakit Vivian Pellas kepada wartawan.
Father Edwin Rom¡n, pastor yang bergabung dengan para ibu, mengadukan ke sosial media bahwa setelah para ibu tersebut mulai melakukan aksi mogok mereka, polisi memutus aliran listrik dan air di gereja tersebut serta mencegah warga setempat membantu mereka.
Sejumlah gereja di Nikaragua berubah menjadi medan pertempuran politik dalam beberapa pekan belakangan di tengah aksi protes yang berkecamuk selama lebih dari satu setengah tahun.
Organisasi Amerika Serikat (OAS) dan PBB pekan ini memperingatkan situasi HAM kritis di negara terbesar Amerika Tengah tersebut saat aksi protes meningkat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Polisi Nikaragua tuding pedemo antipemerintah rencanakan terorisme
Baca juga: Polisi Nikaragua tangkap 13 lawan Presiden Ortega
Baca juga: Pemerintah Nikaragua akan bebaskan 100 tahanan politik
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019