"Saya boleh kasih catatan bahwa kemenangan tadi karena kami lebih bernasib baik. Kedua tim sama-sama bagus," kata Sabri pada konferensi pers purnalaga di Stadion Batakan, Balikpapan, Jumat.
Dalam pertandingan yang berlangsung sengit tersebut, tim pelajar Malaysia mengamankan tiket ke final setelah memenangi adu penalti dengan skor 5-3.
Pemenang harus ditentukan melalui adu penalti, setelah laga selama 2x40 menit dan tambahan waktu 2x10 menit hanya menghasilkan skor 1-1.
Dalam pertandingan tersebut, tim pelajar Malaysia kerap mengandalkan serangan balik dan memperkuat pertahanan. Hal itu diakui Sabri terpaksa diterapkan karena skuat pelajar Indonesia memiliki lini tengah dan pemain sayap yang bagus.
"(Strategi) itu dirancang selepas kita gagal menguasai bagian tengah. Karena lini tengah dikuasai Indonesia terpaksa kita main counter attack," kata pelatih yang mengantongi lisensi B AFC tersebut.
Saat pertandingan telah memasuki adu penalti, Sabri menuturkan bahwa ia tidak mempersiapkan para algojonya secara khusus.
"Bagi saya, penalti adalah penentuan yang susah kita prediksi. Maka terserah pada Tuhan lah. Tidak ada yang kita rancang dalam penalti. Siapapun boleh tendang," kata Sabri.
Perihal tekanan para pendukung tuan rumah, Sabri menyatakan bahwa ia sejak jauh-jauh hari telah mempersiapkan mental anak-anak asuhnya.
"Saya ingatkan bahwa hari ini kita bukan hanya menghadapi pasukan Indonesia, tapi kita juga melawan penyokong Indonesia. Tapi alhamdulillah para pemain dapat menyerap tekanan dengan baik," pungkasnya.
Baca juga: Pelatih tim pelajar Indonesia minta maaf timnya gagal ke final
Baca juga: Tim pelajar tidak terpengaruh kekalahan timnas senior oleh Malaysia
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2019