Jakarta (ANTARA News) - Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro meminta semua pihak untuk tidak "merecoki" (mengganggu) Pertamina agar menjadi perusahaan kelas dunia."Jangan recoki Pertamina agar jadi perusahaan kelas dunia," kata Purnomo, saat berbicara Undang-undang (UU) dan Kebijakan Perminyakan Nasional yang diselenggarakan Perum LKBN ANTARA di Jakarta, Jumat.Menurut dia, setelah diberlakukannya UU Migas No.22/2001, Pertamina menjadi perusahaan murni, sehingga jangan diganggu, sehingga bisa fokus pada sebagai entitas bisnis murni.Purnomo menegaskan bahwa dengan diberlakukan UU Migas tersebut, Pertamina memiliki dua kiblat, yakni masalah produk yang bersubsidi akan berkiblat ke Departemen ESDM dan kiblat ke Menteri BUMN sebagai perusahaan yang ditarget dengan laba. "Jika sudah tidak ada yang merecoki, Pertamina bisa menjalankan target yang ditetapkan sebagai sebuah perusahaan, sehingga target Rp30 triliun dapat tercapai dan bisa mengejar perusahaan minyak lainnya," harapnya. Sementara, Sekretaris Perusahaan Pertamina Sudirman Said, dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan bahwa pihaknya belum terlalu mampu sebagai pemain, karena dulu masih terbiasa sebagai regulator dan pemain, sementara pemain lain sudah terbiasa dengan persaingan sebagai pemain. "Kita dulu terbiasa sebagai mandor, sehingga saat menjadi pemain murni belum begitu terlatih, sehingga kita harus mengembangkan diri," katanya. Dengan menjadi sebagai perusahaan murni yang dibebani target, Pertamina akan melakukan ekspansi tidak hanya di dalam negeri dan juga akan ke luar negeri. Untuk meningkatkan kinerjanya, Pertamina akan melakukan kerjasama dengan mitra kerja yang memiliki nama besar (bonafit). Sudirman juga mengungkapkan bahwa ada keberhasilan setelah menjadi perusahaan murni, yakni bisa menguarai berbagai masalah keuangan. "Kita telah berhasil mengurai piutang yang dulunya tak terdeteksi dan bisa ditemukan hingga Rp10 triliun. Akhir tahun ini `revenue` (penerimaan) bisa mencapai Rp500 triliun," jelasnya. Namun, lanjutnya, kinerja Pertamina masih adanya ketimpangan. "Operasional kita sebesar 78 persen berada di hilir (distribusi dan penjualan), namun laba yang paling besar berasal dari hulu, sehingga terjadi ketimpangan," ungkapnya. Dengan upaya yang terus dilakukan, kata Sudirman, Pertamina optimis akan menjadi perusahaan kelas dunia pada 2015 mendatang.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008