Isu yang beredar tentang telur yang mengandung dioksin itu di Blitar tidak pernah ditemui

Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengajak warga, terutama pelajar untuk tidak takut makan telur ayam karena sumber protein yang bagus untuk tubuh.

"Masyarakat tak perlu bingung, risau, bahwa telur ayam di masyarakat layak dikonsumsi. Saya yakin sekali karena kasusnya beda. Di Tropodo, Krian, ditemui pada ayam kampung yang makanannya memang tidak disediakan khusus, di Blitar ini ada di peternakan, jelas ayamnya tidak berkeliaran," kata Sekretaris Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Yudha Satya Wardana di Blitar, Jumat.

Yudha dalam acara kampanye makan telur ayam di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Budi Daya Kabupaten Blitar tersebut mengatakan pihaknya sengaja mengajak masyarakat, terutama pelajar untuk makan telur bersama.

Selain karena kandungan gizi yang baik, telur ayam di Blitar juga sangat layak dikonsumsi.

Para peternak memelihara ayam dengan perawatan yang baik. Selain di kandang, pakan mereka juga sudah diracik sedemikian rupa, untuk pakan ayam, sehingga dipastikan perkembangan ternak juga baik. Kandang juga diperhatikan baik perawatannya.

Ia mengatakan isu yang beredar tentang telur yang mengandung dioksin itu di Blitar tidak pernah ditemui. Untuk itu, dirinya berharap tidak ada keraguan di masyarakat untuk mengonsumsi telur ayam.

"Kami memberikan sosialisasi kepada masyarakat luas bahwa tidak perlu ada keraguan untuk mengonsumsi telur yang diproduksi peternakan," kata dia.

Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Blitar (Koperasi Putera Blitar) sebelumnya juga menegaskan bahwa para peternak ayam di Kabupaten Blitar, tidak mengkhawatirkan isu telur yang terkontaminasi dioksin atau bahan kimia berbahaya sisa pembakaran plastik, mengingat peternakan ayam di Blitar dikelola baik.

"Yang diisukan tidak benar. Yang sekarang beredar di Indonesia itu dijamin aman. Pakan sudah standar pabrik, vaksinasi standar, jadi tidak masalah," kata Ketua Koperasi Putera Blitar Sukarman.

Ia mengatakan, beragam isu seringkali menimpa para peternak, termasuk telur sintetis atau telur palsu. Para peternak meyakinkan bahwa telur yang diproduksi dari sentra peternakan mereka merupakan telur ayam dengan kualitas terbaik.

Pihaknya juga memberikan apresiasi langkah yang sudah dilakukan oleh Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa serta Dinas Peternakan Provinsi Jatim yang langsung sigap dan mengambil langkah cepat guna mengontrol isu tersebut.

Bahkan, petugas dari Dinas Peternakan Jatim juga sudah menemui peternak di Kabupaten Blitar dan memberikan imbauan agar peternak tenang.

Namun, dirinya mengatakan harga telur saat ini memang naik turun. Dirinya belum tahu, apakah hal itu karena pengaruh isu telur yang terkontaminasi atau karena pasar.

Sebelumnya, harga telur ayam dari peternak sempat Rp20 ribu lalu turun menjadi sekitar Rp18 ribu per kilogram. Kini harga sudah mulai merangkak naik lagi sekitar Rp20 ribu per kilogram dari peternak.

Terkait dengan pengiriman telur, Sukarman menyebut selama ini tidak menjadi masalah. Pihaknya sudah mempunyai kerjasama dengan beberapa pihak untuk pendistribusian telur ayam.

Peternak ayam petelur Kabupaten Blitar memasok telur hingga ke DKI Jakarta. Tidak hanya daerah itu, melainkan sejumlah daerah lainnya seperti Tasikmalaya, Kediri hingga Kalimantan. Perhari pengiriman bisa hingga 450 ton.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sebelumnya mengimbau masyarakat agar tidak mengkhawatirkan telur ayam produksi peternak di wilayahnya karena telah melalui proses terstandarisasi.

Terhadap hasil penelitian di Tropodo, kata dia, Pemprov Jatim menghormatinya dan telah menurunkan tim dari Dinas Peternakan Jatim bersama Fakultas Peternakan Universitas Airlangga Surabaya membantu melakukan uji laboratorium.

Baca juga: Soal telur tercemar dioksin, KLHK dan pemda Jatim berkoordinasi

Baca juga: Gubernur: telur ayam produksi peternak Jatim aman

Baca juga: Peternak ayam di Blitar tak khawatir isu telur terkontaminasi dioksin

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019