Program Inkubbi Fintech 2019 di Kalbar juga sejalan dengan koridor pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia yang terus mendorong perluasan program-program pengembangan UMKM yang berfokus pada pengendalian inflasi dan penurunan defisit transaksi berjalan.
Apalagi secara umum UMKM memiliki peranan strategis terhadap ekonomi Indonesia. Hal itu dilihat dari sisi kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai sekitar 64 persen. Selain itu, UMKM dikenal memiliki resistensi tinggi terhadap krisis karena pada umumnya berbasis bahan baku dan memiliki target pemasaran domestik.
"Hadirnya Inkubbi Fintech diharapkan juga sebagai langkah nyata BI dalam memajukan dan memperkuat peran UMKM serta berkontribusi besar dalam memajukan perekonomian Kalbar," ujar Manager Fungsi Pelaksanaan dan Pengembangan UMKM KPw BI Kalbar, Didiet Aditya saat penutupan program Inkubbi Fintech 2019 di Pontianak, Kamis.
Inkubbi Fintech 2019 yang merupakan tahun kedua digelar KPw BI Kalbar fokus peningkatan kualitas produk dan memperluas jaringan pasar dari UMKM. Kemudian peserta ditargetkan masuk marketplace.
Untuk itu, materi diberikan kepada peserta terkait cara pengemasan yang baik, pengenalan dunia digital untuk promosi dan branding produk, pembuatan website dan lainnya. Narasumber sendiri baik dari lokal maupun nasional dengan pelaksanaan program selama 12 hari.
Selain itu, peserta Inkubbi yang berjumlah 21 orang untuk tahun ini juga dikenalkan pada Fintech lending atau lembaga yang memberikan pinjaman modal karena akses pembiayaan tidak hanya dari perbankan.
Sebelumnya, untuk bisa lolos dalam Program Inkubbi Fintech 2019 pengusaha kecil harus mengikuti seleksi administrasi dan wawancara. Setelah melakukan sejumlah proses tersebut baru ikut program dan selama di program didampingi oleh pemilik atau pengusaha UMKM yang telah sukses di bidangnya masing-masing yang ada di Pontianak dan bahkan di tingkat nasional. Program Inkubbi Fintech 2018 lalu sendiri atau yang perdana, diikuti sebanyak 35 peserta.
Fintech Menjanjikan
Kepala KPw BI Kalbar,Prijono menilai kewirausahaan bidang fintech sangat menjanjikan dan hal itu tidak hanya di Jakarta dan kota-kota besar selain di Pulau Jawa namun bisnis berbasis teknologi digital ini juga sudah berkembang di berbagai daerah.
"Contohnya di Pontianak telah bermunculan pemain-pemain baru yang mencoba menangkap pasar baru, yaitu ekosistem digital. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak muda. Berbagai aktivitas ekonomi terasa kian mudah dengan kehadiran mereka," jelas dia.
Ia menambahkan saat ini sudah banyak startup fintech yang hadir dengan segala fasilitas layanan pembayaran hingga pembiayaan usaha, seperti "peer to peer lending", payment gateway, remittance, e-money, dan sebagainya. Hal itu bisa menjadi bukti bahwa perkembangan fintech di Indonesia memang kian hari kian diminati saja oleh pihak investor.
Bukan tanpa alasan dikarenakan layanan fintech bisa dijadikan sebuah alternatif bisnis di mana fintech mampu menyasar segmen pasar bagi masyarakat yang belum tersentuh oleh layanan perbankan di Indonesia, kata dia.
"Kita banyak startup di bidang pembiayaan lahir di Pontianak. Para pegiat startup ini nantinya bisa seperti "holding" kecil yang bergerak perorangan. Di mana mereka yang membiayai, memasarkan, dan membantu manajemen nya, sehingga dari penghasilan yang mereka peroleh bisa dipungut pajak untuk negara," kata Prijono.
Baca juga: BI Kalbar perkuat pelaku usaha melalui inkubator teknologi finansial
Baca juga: Kolaborasi fintech-perbankan makin permudah akses keuangan masyarakat
Apresiasi BI
Pemerintah Provinsi Kalbar mengapresiasi program KPw BI Kalbar yang secara nyata dalam mendorong perekonomian daerah dengan sejumlah program seperti Inkubbi Fintech 2019. Program yang ada tersebut sejalan dengan kondisi terkini di mana kemajuan teknologi digital dan informasi kian pesan.
"Apresiasi dan kita mengucapkan terima kasih kepada KPw BI melalui Program Inkubbi Fintech 2019. Program tersebut tentu bermanfaat bukan hanya bagi pelaku UMKM yang sebagai peserta namun juga bisa memajukan daerah. Program yang ada menjawab tantangan dan persoalan atau memajukan kemajuan teknologi yang kian pesat," ujar Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Kalbar, Herkulana Mekarryani.
Herkulana dalam sambutannya dalam penutupan Inkubbi Fintech 2019 mewakili Gubernur Kalbar mengutip laporan Mckinsev yang dirilis pada Agustus 2018, bahwa ekonomi digital telah memberikan kontribusi 10 persen terhadap PDB dan membuka 3,7 juta peluang lapangan kerja di Indonesia.
McKinsey juga memproyeksikan pasar e-commerce Indonesia tahun 2022 akan tumbuh menjadi 55 miliar dollar AS hingga 65 miliar dollar AS atau Rp808 triliun hingga Rp955 triliun, hal ini menyerupai dengan pertumbuhan yang dialami China dari tahun 2010 hingga 2015 yang berdasar kepada Penetrasi e-tailing, PDB per kapita, penetrasi internet, belanja ritel dan urbanisasi.
Menurut laporan tersebut, terdapat lima faktor yang mendukung pertumbuhan e-commerce berkembang pesat di Indonesia. Mulai dari pengguna smartphone yang semakin banyak, konsumen muda yang cerdas secara digital, meningkatnya partisipasi UMKM dalam pasar online, pertumbuhan investasi dalam e-commerce, serta Kebijakan Pemerintah Indonesia yang mendukung pasar e-commerce.
"Memperhatikan kondisi saat ini sebagaimana laporan Mckinsev, saya prediksikan bahwa pada 2022, ada 30 persen dari aktivitas tersebut akan melibatkan konsumen baru kurang lebih mendekati 30 juta tenaga kerja. Berdasarkan data yang ada, bahwa 130 juta penduduk Indonesia merupakan pengguna media sosial aktif seperti facebook, twitter, Instagram, line dan Youtobe yang rata-rata didominasi kaum muda," jelas dia.
Baca juga: Padukan jeans dengan kain etnik Kalbar, raup keuntungan belasan juta
Penguatan Pemasaran
Program Inkubbi Fintech 2019 dirasakan peserta sangat bermanfaat luas dan memberikan ilmu baru dalam memajukan usaha yang digeluti. Hal itu sebagaimana diutarakan satu di antara 21 peserta yang ikut tahun ini, Hafidloh. Ia yang juga dinobatkan sebagai peserta terbaik pertama di program tersebut mengatakan banyak hal baru yang ia dapat untuk mendukung unit usaha di Pondok Pesantren Abdussalam, Sungai Ambawang, Kubu Raya.
Ia yang merupakan manager pengelola bisnis di pondok tersebut mengembangkan dua produk dari sumber daya yang dimiliki pesantren dan di masyarakat sekitar. Produk tersebut yakni lada putih bubuk dengan merek Mercalam dan kopi bubuk dengan merek Coffee Salam.
"Kita memiliki lahan yang luas dan pas di pondok kita ada lada dan kopi. Begitu juga masyarakat di sini juga sama. Jadi potensi yang ada kita kembangkan. Itu untuk memajukan pesantren dan masyarakat," kata dia.
Dengan adanya Program Inkubbi Fintech 2019 dan dia lolos sebagai peserta membuat pengelolaan bisnis pesantren dengan total aset Rp3 milar bisa dikelola dengan baik. Manajemen usaha mulai ditata dan usaha yang ada dikembangkan serta dikuatkan dalam promosi produk.
"Kita sangat terima kasih kepada BI Kalbar yang membantu banyak dan memberikan kontribusi nyata untuk memajukan usaha kami. Banyak ilmu dan informasi kami dapat dan ke depan terus kami maksimalkan," kata dia.
Baca juga: PLUT dukung peyusunan Raperda KUMKM di Kalbar
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019