Jakarta (ANTARA News) - Daripada meributkan harga jual LNG Tangguh, Indonesia lebih baik menegosiasikan kembali harga jual dengan meminta penetapan batas atas dua per tiga dari harga minyak dunia."Langkah yang perlu dilakukan Indonesia adalah menegosiasikan kembali batas atas dari harga jual LNG Tangguh dan bukan meributkan harga jual," kata Guru Besar Intitute Teknologi Bandung, Widjajono Partowidagdo, di Jakarta, Kamis.Dia mencontohkan saat harga minyak dunia mencapai 120 AS dolar per barel, maka batas atas yang ditetapkan yakni dua per tiga dari harga tersebut, berarti 80 AS dolar per barel.Dengan patokan itu, harga LNG Tangguh menjadi 5,54 AS dolar per MMBTU.Menurut dia, pendapat yang menganjurkan Indonesia membatalkan kontrak dengan membayar denda tidaklah bijaksana karena Indonesia dapat dituntut konsumen pengguna LNG tersebut. "Tidak hanya itu, pembatalan kontrak akan merusak hubungan baik Indonesia dengan China serta menurunkan kredibilitas kita sebagai produsen LNG dunia," ujar dia. Menurut Dosen Hubungan Luar Internasional FISIP Universitas Indonesia (UI), Makmur Keliat, penyelesaian masalah LNG Tangguh dengan China harus diselesaikan dengan cara mengisolasikan masalah dengan negeri tirai bambu tersebut. "Masalah kita dengan China tidak satu. Jika ingin menyelesaikan masalah LNG Tangguh, maka perlu mengisolasikan masalah itu tanpa mencampur dengan yang lain. Dengan cara itu, hubungan bilateral kedua negara tidak terganggu," ujar dia. Jika sektor energi dihilangkan, menurut dia, akan merugikan hubungan investasi yang sudah terjalin antara kedua negara.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008