"Ini saya kira bukan sekedar masalah satu atau dua orang, tapi itu bisa mempertaruhkan perekonomian Indonesia," ujar Bhima di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan bahwa dalam proses pemilihan direksi atau komisaris apalagi BUMN-BUMN kelas kakap baik terbuka maupun tidak terbuka di BUMN, harus ada standarisasi dan panitia seleksinya sehingga ini akan dipantau oleh investor berkaitan kerjasama dengan BUMN ke depannya dan banyak proyek-proyek yang sedang berjalan banyak didanai juga oleh investor domestik maupun asing.
Baca juga: Presiden Jokowi: Ahok masih proses seleksi di Kementerian BUMN
Kalau proses seleksi pimpinannya menimbulkan kontroversi, kemudian justru menimbulkan hal kontraproduktif, hal tersebut dapat mencederai nama dan citra Indonesia dan BUMN di mata internasional.
Bhima melihat saham beberapa BUMN dalam kondisi kurang baik, ini dapat menjadi salah satu indikasi investor melihat hal-hal kontroversial yang seharusnya tidak perlu, namun terdapat masalah-masalah struktural seperti utang BUMN, tata kelola korporasinya, kemudian bagaimana membersihkan BUMN dari para oknum yang memanfaatkannya untuk melakukan korupsi dan rente-rente.
"Alangkah baiknya jika diskusi dan pembahasan tersebut mengarah ke sana, sehingga terus terjadi seperti sekarang yang rugi adalah Menteri BUMN itu sendiri karena akan semakin sulit untuk mendapatkan komitmen atau kepercayaan dari investor," katanya.
Baca juga: DPR minta seleksi direksi BUMN dilakukan terbuka
Dikhawatirkan saat BUMN menerbitkan surat utang, maka banyak investor yang akan memandang skeptis. Investor juga nantinya akan meragukan megaproyek-megaproyek yang digarap BUMN.
Sebelumnya Erick Thohir memanggil mantan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Insinyur Geologi itu dikabarkan bakal menempati jabatan penting di salah satu BUMN strategis.
Tak lama berselang, Senin (18/11), Erick Thohir kembali memanggil salah satu tokoh nasional, yakni mantan petinggi Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Chandra Hamzah.
Menteri BUMN tersebut mengatakan bahwa untuk mengelola aset sebesar Rp8.200 triliun itu, dirinya membutuhkan teamwork yang kompak, yang diisi dengan orang-orang yang bukan hanya cerdas, tetapi juga akhlak yang baik.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019