Surabaya (ANTARA) - Hamparan bunga anggrek yang bermekaran indah menyapa saat memasuki area Taman Anggrek di Jalan Sememi, Jaya Gang II, Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Kupu-kupu pun beterbangan seolah memberikan salam di antara bunga anggrek warna-warni yang tertata rapi di Rumah Hijau.

Ada tujuh jenis anggrek yang dibudidayakan di taman anggrek itu. Ada anggrek bulan, anggrek dendrobium, anggrek kantong semar, anggrek cattleya, anggrek jawa, anggrek hitam, dan anggrek vanda.

"Di sini, ada sekitar lima ribuan anggrek, sekitar empat ribu yang sudah berbunga dan sisa seribu yang belum berbunga," kata Penjaga Rumah Hijau Saiful Ulum sambil mengecek bunga anggrek.

Persis di depan Rumah Hijau, ada taman dengan area foto Instagramable yang meliputi tempat duduk serupa sarang burung dan beberapa kursi.

Di kompleks taman anggrek juga ada rumah jamur yang ditutup rapat. Rumah itu terhubung dengan bangunan besar dua lantai yang dahulu merupakan Wisma Barbara 17.

Pemerintah Kota Surabaya sudah membeli wisma terbesar di lokalisasi prostitusi Sememi itu dan mengalihkan fungsinya menjadi Laboratorium Kultur Jaringan. Di laboratorium budi daya anggrek itu lah pengembangan berbagai jenis tanaman anggrek dilakukan.

Di dalam laboratorium itu ada tanaman anggrek yang masih kecil dan memasuki proses aklimatisasi dan berbagai jenis anggrek yang telah berbunga indah.

Laboratorium itu juga meliputi ruang bahan kimia, ruang pembuatan media, ruang inkubator atau tabur, dan ruang inkubasi. Di ruang inkubator, ada petugas yang menabur benih anggrek, memasukkannya ke dalam botol-botol, lalu memindahkannya ke ruang inkubasi.

Petugas Laboratorium Kultur Jaringan, Anis Satu Risda, menjelaskan bahwa anggrek yang sudah berbunga akan diambil buahnya lalu ditaburkan ke dalam media steril dalam botol di ruang inkubator. Setelah itu, botol-botol yang sudah berisi benih anggrek dipindahkan ke ruang inkubasi.

"Dari satu buah anggrek itu, bisa muncul ribuan anggrek, jadi banyak sekali," kata Anis.

Menurut dia, setelah masa inkubasi sekitar tiga bulan akan muncul embrio somatik tanaman anggrek yang disebut protocorm like bodies (PLB), yang kemudian akan di-subkultur lagi selama tiga bulan hingga muncul planlet. Setelah tiga bulan, akar dan daun akan tumbuh.

Ia mengatakan bahwa seluruhnya butuh waktu sampai sembilan bulan dari penaburan benih sampai akar dan daun sempurna terbentuk. Bibit selanjutnya akan menjalani proses aklimatisasi, diletakkan di media moss atau pakis dan dikeluarkan dari ruang inkubator.

Sekitar lima bulan kemudian, bibit tanaman anggrek baru bisa dikeluarkan dari laboratorium dan dipindahkan ke area Rumah Hijau. Anis mengatakan bahwa kalau dihitung, butuh waktu sekitar empat tahunan mulai dari awal penaburan benih hingga anggrek berbunga indah.

Untuk Kesejahteraan Warga

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat mengunjungi taman anggrek dan laboratorium kultur jaringan di eks lokalisasi prostitusi Sememi mengatakan bahwa ke depan dia ingin warga warga sekitar ikut serta membudidayakan anggrek dan bisa menjualnya kepada pengunjung.

"Kami akan berdayakan warga sekitar. Mereka harus mandiri secara ekonomi dengan kami gandeng untuk budidaya anggrek. Biar warga nantinya yang jualan anggrek-anggrek ini," katanya.

Wali Kota Risma mengatakan bahwa awalnya dia tidak percaya kalau tempat budi daya anggrek bisa dibangun di Surabaya. Namun, dengan perlakuan khusus budi daya anggrek ternyata juga bisa dilakukan di Surabaya yang hawanya panas.

Pemerintah Kota Surabaya sedang membangun kebun wisata anggrek di lahan seluas 1,5 hektare di lokasi yang berdekatan dengan tempat budi daya anggrek di Sememi.

Risma berharap wisata kebun anggrek tersebut nantinya dapat menarik wisatawan untuk datang. Ia optimistis pembangunan kebun wisata anggrek nantinya akan bisa menopang peningkatan ekonomi warga sekitar.

Pemerintah Kota, menurut dia, nantinya akan memberikan bibit tanaman kepada warga yang ingin membudidayakan tanaman anggrek di rumah mereka.

"Jadi kami hanya membuat kebunnya (budidaya), kemudian warga yang menjual anggreknya, sambil nanti mereka kita latih supaya ke depannya mereka bisa sendiri,” katanya.

Risma mengatakan Pemerintah Kota memilih tanaman anggrek untuk budi daya karena telah melakukan uji coba penanaman anggrek di tengah kota dan bisa tumbuh baik.
​​​​​​​
Selain membangun tempat budi daya anggrek dan mendukung warga membudidayakan tanaman anggrek, Pemerintah Kota Surabaya membangun tempat budi daya dan pengolahan jamur bernilai ekonomi untuk mendukung upaya menyejahterakan warga sekitar eks lokalisasi prostitusi Sememi.

"Nanti bisa dijual di sekolah-sekolah, yang jual nanti warga, mereka sudah kita ajari untuk pasca-panennya, cuman kan ini produknya belum begitu banyak, nanti kalau sudah banyak mereka bisa memproduksi," kata Risma mengenai kegiatan budi daya dan pengolahan jamur.

Warga Sememi menyambut baik inisiatif Pemerintah Kota Surabaya membangun taman anggrek. Warga Sememi Jaya, Ipah, mengatakan bahwa kalau sudah berkembang taman anggrek itu bisa mendatangkan keuntungan bagi warga.

Nantinya, kalau pengunjung taman anggrek makin banyak, ia mengatakan, warga sekitar bisa bekerja menjaga tempat parkir kendaraan dan berdagang di area wisata, khususnya saat libur akhir pekan.

"Kalau dahulu perekonomian kampung berasal dari prostitusi, tapi sekarang penghasilannya didapatkan dari wisata taman anggrek yang halal," katanya.

Baca juga:
Pembangunan Wisata Kebun Anggrek Surabaya masuki tahap akhir
Di eks-lokalisasi Dolly-Surabaya bakal dibangun wisata kebun anggrek

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019