Hong Kong, (ANTARA News) - Ledakan transformer di instalasi listrik tenaga nuklir terbesar di China pada Agustus lalu, menyebabkan kebakaran selama lima jam, dan melukai satu orang, sebuah surat kabar Hong Kong melaporkan, Kamis.
Tidak ada radiasi bocor setelah ledakan pada 26 Agustus di instalasi nomor-1 di provinsi Juangsu, bagian timur negara itu, kata surat kabar "Ming Pao", seperti diwartakan Reuters.
Ledakan tersebut merusak sebuah transformer buatan Ukraina, dan memicu suatu keselamatan otomatis ditutup, kata koran itu, yang mengutip seorang pejabat dari Lianyungang, tempat instalasi itu berada.
Sebanyak 14 mobil dan 66 anggota regu pemadam kebakaran berjuang selama lima jam untuk mematikan kebakaran itu, kata surat kabar itu.
Seorang anggota regu pemadam kebakaran terluka dalam kecelakaan tersebut.
Ledakan itu tidak diberitakan oleh media massa China yang disensor ketat oleh pemerintah.
Hong Kong, bekas jajahan Inggris yang dikembalikan kepada China pada 1997, memiliki kebebasan pers lebih besar dari China daratan.
Fasilitas Tianwan adalah proyek kerjasama terbesar antara China dan Rusia, dan berada sekitar 300Km dari pantai Shanghai.
Proyek itu memiliki dua instalasi, masing-masing berkapasitas 1,06 gigawatt. Satu telah mulai beroperasi pada 2006, dan yang lain menyusul tahun berikutnya.
China memiliki 11 pembangkit nuklir dengan total kapasitas 9,07 gigawatt, yang memenuhi kurang dari dua persen dari total kapasitas listrik di negara itu.
Kendati demikian, negara itu memiliki ambisi instalasi nuklir. China ingin meningkatkan kapasitas tenaga nuklir menjadi 60 gigawatt pada 2020, lebih lima persen dari total kapasitasnya, dan cukup untuk memasok kebutuhan energi Spanyol.(*)
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008