Kota Gaza (ANTARA News) - Ismail Haniya, perdana menteri terdepak Palestina dari HAMAS di Jalur Gaza, Rabu, meremehkan pentingnya hasil primari partai Kadima di Israel. Haniya mengatakan kepada wartawan di Jalur Gaza, "Masalah Palestina takkan berubah atau terpengaruh karena semua pemimpin Israel sejak dulu selalu menolak hak sah rakyat Palestina." Hasil awal penghitungan suara dan jajak pendapat di luar pemungutan suara memperlihatkan Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni telah menang sebagai pemimpin baru partai Kadima, mengalahkan pesaing utamanya Shaul Mofaz dan dua calon lain. Dengan sebanyak 10 persen suara yang dihitung Rabu malam, Livni meraih 53,1 persen suara, sedangkan Menteri Perhubungan Israel Shaul Mofaz memperoleh 31,7 persen suara. "Rakyat Palestina takkan terpengaruh oleh pemungutan suara ini karena itu adalah urusan dalam negeri Israel. Semua pemimpin Israel bersatu dalam sikap bermusuhan mereka terhadap rakyat kami dan hak kami, terutama Jerusalem dan pengungsi." Ketika ditanya mengenai perbedaan antara Livni dan Mofaz, Haniya berkata, "Mereka sependapat dalam banyak prinsip, yang menolak hak sah rakyat kami. Tak peduli siapa yang menang di Israel, kami takkan mengubah sikap kami." Sementara itu, Haniya juga mengatakan bahwa "impian Zionis untuk mendirikan Israel Raya telah kalah sebelum proyek Israel yang secara dramatis berkembang luas di wilayah tersebut". HAMAS mengambil-alih Jalur Gaza pada pertengahan Juni tahun lalu dan mengusir pasukan keamanan Presiden Mahmoud Abbas dan gerakan Fatah. Fatah menuduh HAMAS berusaha mendirikan rejim Islam di Jalur Gaza. Namun, Mesir telah menjadi penengah antara kedua gerakan yang bertikai itu untuk melancarkan dialog menyeluruh di Kairo pada Oktober guna mengakhiri perpecahan politik dalam negeri Palestina saat ini, demikian Xinhua.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008