Purwokerto (ANTARA News) - Menteri Agama, Muhammad Maftuh Basyuni mengatakan, sebenarnya substansi ajaran Al Quran tidak dimaksudkan untuk menciptakan masyarakat yang seragam di seluruh belahan bumi dan di sepanjang masa, tetapi memberi prinsip umum yang memungkinkan pola keseimbangan hidup di dalam masyarakat. "Semua itu pada gilirannya dapat tercipta suasana ketentraman di bawah ridha Tuhan mewujud di masyarakat, yaitu Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur," katanya pada peringatan Nuzulul Qur'an 1429 H di Masjid Agung Baitussalam, Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu malam. Hadir pada kesempatan itu Presiden dan ibu Hj Ani Bambang Yudhoyono serta para pimpinan lembaga negara. Sebagai kitab suci bagi masyarakat yang berkebudayaan dan berperadaban maju, maka Al Qur'an di dalamnya terdapat ayat kealaman (sciences), yang dapat dijadikan pedoman, motivasi, dan etika dalam berbagai rekayasa masyarakat (social engenering), rekayasa teknik (technical engenering), katanya. Menurut Maftuh, rekayasa masyarakat dimaksudkan sebagai penciptaan tatanan kemasyarakatan sesuai dengan kondisi obyektif setiap komunitas masyarakat, dengan tetap bersendi kepada prinsip umum yang ditetapkan di dalam Al Quran. Al Qur'an memiliki karakteristik khas dan beda dengan dokumen lain yang merupakan kreasi manusia. Al Qur'an memiliki dimensi historis, ruang dan waktu yang berbeda. Karena itu, bacaan terhadap Al Qur'an membutuhkan pengetahuan yang bersifat interdisipliner, terutama dalam upaya menggali makna-makna yang terkandung di dalamnya. Secara epistomologis, katanya, Al Qur'an merupakan kalam Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Salah satu fungsinya sebagai petunjuk bagi manusia, hudan li al-Nas dan orang-orang yang bertaqwa, terutama untuk membedakan antara yang baik dan buruk. Dalam kaitan ibadah Ramadhan, Menag berharap masyarakat mempelajari dan mengajarkan Al Qur'an yang tak terbatas dalam konteks bacaan, tapi lebih dari itu. Pada kesempatan itu Maftuh juga menyebutkan bahwa saat ini Depag telah berhasil melakukan penyempurnaan tafsir Al Qur'an yang dikerjakan selama lima tahun. Sebanyak 30 juz dapat dibukukan sebanyak 10 jilid. (*)
Copyright © ANTARA 2008