Korban langsung dievakuasi dan dilarikan ke rumah sakit.
Sragen (ANTARA) - Sebanyak 17 korban bangunan roboh yang merupakan siswa kelas 10 dan 11 SMKN 1 Miri, di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, sudah dibawa dan dirawat di rumah sakit, dan lima lainnya menjalani rawat jalan, kata Wakil Bupati Dedy Endriyatno,di Sragen, Rabu malam.
Korban bencana angin kencang yang mengalami patah tulang langsung dirujuk ke RS Karima Kartasura Sukoharjo dan RSUD Sragen, sedangkan empat korban dirawat RS Yaksi Gemolong, sembilan RS Assalam Gemolong dan satu RSUD Gemolong.
Sebanyak total 22 siswa tersebut tertimpa bangunan aula berbentuk joglo yang roboh akibat angin kencang dan hujan deras.
Baca juga: BPBD: tidak ada korban tewas bencana Sragen
Menurut Wabup kejadian hujan disertai angin kencang di Sragen tersebut selain merobohkan sebuah bangunan aula berbentuk joglo milik SMKN 1 Miri, juga merusakkan sejumlah rumah warga sekitar.
Menurut Kepala SMKN 1 Miri Sarno sebelum kejadian siswa kelas 10 dan 11 SMKN 1 Miri sedang melakukan kegiatan praktik mengelas menjelang Sholat Ashar, sekitar pukul 14.30 WIB.
Baca juga: BPBD: 60 rumah rusak akibat angin kencang di Jember
Saat turun hujan deras dan angin kencang sebagian siswa berteduh di aula itu. Guru sebelumnya sudah meminta siswa yang berteduh di aula untuk pindah tempat.
"Guru praktik las bersama siswa lainnya langsung menolong korban. Pertolongan dilakukan cepat dari anak-anak yang lain dan para guru. Bangunan aula itu, dibangun 2015, kondisi terbuka tanpa dinding dengan bahan kayu seluruhnya," katanya.
Baca juga: Lima TPS Pilkades di Kudus roboh diterpa angin kencang
kepala Polsek Miri Polres Sragen AKP Marsidi saat dikonfirmasi soal bencana angin kencang yang merobohkan bangunan aula terbuka di SMKN 1 Miri, membenarkan. Kejadian itu langsung ditangani oleh guru, siswa, dibantu warga sekitar, BPBD, dan aparat keamanan setempat.
"Korban langsung dievakuasi dan dilarikan ke rumah sakit, dan dilaporkan tidak ada korban jiwa. Kejadian itu, karena aula di ruang terbuka berdekatan dengan sawah, tidak ada dinding, lalu diterjang angin kencang," katanya.
Baca juga: Angin puting beliung hantam pasar tradisional Sampit
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019