Roy menjelaskan salah satu solusi untuk mendorong percepatan pertumbuhan UMKM di Indonesia adalah menurunkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) hingga 1 persen.
"Saya pikir dengan KUR bunga 6 persen belum terlalu bunyi. Kalau bagus lagi di bawah 1 persen, dananya jangan dari masyarakat, tetapi bank khusus untuk dana hibah, misalya dari CSR perusahaan BUMN dan swasta," kata Roy pada diskusi yang digelar PAS FM di Jakarta, Rabu.
Ada pun Pemerintah telah menurunkan suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi 6 persen per tahun, dari semula 7 persen.
Baca juga: Pemerintah resmi turunkan suku bunga KUR jadi 6 persen
Dengan diturunkannya suku bunga KUR menjadi 6 persen, diharapkan akan memperbanyak jumlah UMKM yang mendapatkan akses pembiayaan di sektor formal dengan suku bunga rendah.
Namun demikian, Roy menilai bahwa suku bunga tersebut masih terbilang tinggi untuk UMKM. Padahal di sisi lain, UMKM merupakan akses bagi tenaga informal meraup pendapatan mereka, untuk kemudian memiliki daya beli.
Menurut Roy, pengembangan UMKM menjadi salah satu cara agar Indonesia tidak terjebak pada pertumbuhan ekonomi yang stagnan di level 5 persen.
Dengan berkembangnya UMKM, potensi tenaga kerja yang terserap akan lebih banyak dan turut berpengaruh pada daya beli masyarakat serta konsumsi rumah tangga yang akan menopang pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Mendag minta pengusaha ritel inovatif seiring perkembangan teknologi
"Kalau UMKM tumbuh, didorong dengan ekspor, produktivitasnya bertambah, hilirnya pasti konsumsi akan bertambah. Karena setiap orang naik gaji, konsumsinya pasti bertambah," kata Roy.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan III tahun 2019 tumbuh 5,02 persen (year on year).
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tersebut didukung konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,01 persen, konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) 7,44 persen dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 4,21 persen.
Berdasarkan struktur PDB, konsumsi rumah tangga menyumbang kontribusi tertinggi kepada perekonomian nasional yaitu sebesar 56,52 persen diikuti PMTB 32,32 persen
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019