Pascabencana tersebut, ada penelitian yang menemukan fakta bahwa jalur gempa tektonik Cesar Palu Koro memiliki 25 titik lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi geowisata (geopark) di masa mendatang
Palu (ANTARA) - Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah I Nyoman Sariadijaya mengatakan bahwa bencana alam pada 28 September 2018, membawa berkah untuk pengembangan sektor kepariwisataan daerah ini ke depan.
Bencana alam berupa gempa bumi bermagnitudo 7,4 skala Righter yang disusul tsunami dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala dan Parigi Moutong, telah memporakporandakan daerah di Sulteng itu.
"Pascabencana tersebut, ada penelitian yang menemukan fakta bahwa jalur gempa tektonik Cesar Palu Koro memiliki 25 titik lokasi yang potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi geowisata (geopark) di masa mendatang," katanya pada jumpa pers menjelang Seafood Festival 2019 di Restoran Kampoeng Nelayan Palu, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa sudah ada kajian dosier untuk kepentingan pengembangan sektor kepariwisataan pada Cesar Palu Koro tersebut yang diharapkan akan menjadi bahan usulan ke Organisasi PBB untuk Pengembangan Pendidikan, Sosial dan Budaya (UNESCO-United Nation Education, Social dan Cultural organization) di mana diharapkan UNESCO akan menetapkan titik-titik geowisata tersebut sebagai kawasan wisata dunia (geopark).
Baca juga: Sulteng promosikan potensi wisata di Malaysia
Karena itu, kata Nyoman, pihaknya sudah menganjurkan kepada para kepala daerah yang memiliki calon titik-titik geopark itu untuk mulai saat ini mengembangkanya menjadi lokasi wisata.
"Kalau titik-titik geowisata itu nantinya ditetapkan menjadi geopark, maka hal itu akan melengkapi keunggulan Sulteng sebagai daerah di Indonesia satu-satunya yang memiliki dua cagar biosfer dunia yang ditetapkan UNESCO yakni Taman Nasional Lore Lindu dan Taman Nasional Kepulauan Togean," ujarnya.
Baca juga: Mapala Santigi kenalkan potensi wisata alam-budaya Sulteng lewat LLWA
Dinas Pariwisata Sulteng, kata Nyoman yang didampingi Kabid Pemasaran Nurhalis, mulai 2020 nanti akan mengintensifkan promosi wisata secara digital yang akan melibatkan para pengelola media digital seperti blogger, vlogger, facebook, tritter, instagram dan media-media online.
"Kami telah meluncurkan Wonderful Central Sulawesi Award (WCSA) sebagai upaya merangkum potensi kekuatan promosi untuk membuat pariwisata Sulawesi Tengah lebih terlihat dan menonjol pada skala nasional dan internasional," ujar Nyoman.
Ia mengakui bahwa dari sisi aksesibilitas, amenitas dan atraksi, sektor kepariwisataan Sulteng pascabencana mengalami keterpurukan karena instrastruktur mengalami rusak berat, industri perhotelan dan jasa pariwisata terpuruk sehingga atraksi wisata nyaris terhenti total.
"Ini menyebabkan kunjungan wisatawan nusantara ke Sulteng menurun drastis, bukan hanya di lokasi bencana dan sekitarnya tetapi juga di kabupaten lainnya. Akan tetapi kunjungan warga negara asing melonjak dari 19.000-an pada 2017 menjadi hampir 25.000 orang pada 2018 dengan masa tinggal di Sulteng yang cukup panjang karena ada yang berminggu-minggu," ujarnya.
Namun, kata Nyoman menambahkan, kunjungan warga negara asing itu tidak bisa dikategorikan sebagai wisatawan karena kedatangan mereka umumnya terkait kegiatan pemulihan dan pembangunan kembali Sulteng pascagempa.
Terkait Seafood Festival 2019 yang digelar Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulteng pada 23 November 2019 nanti, Nyoman mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi dan mendukung PHRI melaksanakan iven ini dan berharap tahun-tahun mendatang akan dilaksanan lebih besar lagi dengan persiapan yang lebih awal dan promosi yang lebih gencar agar dikenal secara nasional bahkan internasional.
Baca juga: Kepulauan Togean, destinasi wisata potensial yang kurang sentuhan
Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019