Kediri (ANTARA News) - Calo penukaran uang baru mulai beraksi di areal kantor Bank Indonesia (BI) Kediri, Jawa Timur sejak dua hari terakhir. Mereka mulai berpraktik beberapa menit setelah pintu gerbang kantor BI Kediri ditutup, sehingga masyarakat yang hendak mengambil nomor antre sudah tidak bisa masuk."Ayo Bu, tukar sini saja. Di dalam sudah tidak bisa melayani penukaran lagi, nomor antrean sudah habis," kata Wawan (27) menawarkan lembaran uang baru kepada beberapa orang yang tertahan di luar areal kantor BI Kediri itu, Rabu.Wawan dan beberapa calo penukaran uang lainnya yang beroperasi di luar pagar BI Kediri di Jalan Basuki Rahmat itu, mematok tarif Rp110 ribu untuk setiap 100 lembar uang baru pecahan Rp1.000. "Ini sudah harga umum, yang tidak bisa ditawar lagi. Kalau saya nanti menurunkan harga ini, kawan-kawan yang lain bisa marah," katanya kepada dua orang perempuan yang mencoba menawar Rp105 ribu per 100 lembar uang baru pecahan Rp1.000. Sedang untuk uang baru pecahan Rp5.000, Wawan dan kawan-kawan mematok harga Rp540 ribu per 100 lembar. "Saya masih punya banyak pecahan Rp5.000 ini," katanya. Tidak hanya orang yang berada di luar areal kantor BI Kediri, beberapa orang yang sudah mendapatkan nomor antre di loket BI pun juga membeli uang baru yang "diperdagangkan" Wawan dan kawan-kawan itu. "Jaga-jaga kalau kurang, karena di loket dijatah sampai Rp500 ribu saja," kata Salamah, warga Srengat, Blitar yang membeli 300 lembar uang pecahan Rp1.000 kepada Maman melalui sela-sela pagar kantor BI Kediri. Ia datang ke kantor BI Kediri itu sejak pukul 04.00 WIB dengan ditemani adiknya. Namun nomor antre penukaran uang baru itu baru mulai dibagikan pada pukul 07.00 WIB. Sedang pintu pagar kantor BI Kediri ditutup pukul 06.00 WIB. Sementara itu Wawan mengaku, bisa menghabiskan uang baru hingga mencapai Rp15 juta dalam sehari. "Pokoknya uang baru ini setiap saat ada yang mengantarkan ke rumah. Saya sendiri tidak tahu, dari mana orang-orang itu mendapatkan baru," kata pria yang tinggal di Kedunglo, Bandar Lor Gang V, Kota Kediri itu. Meskipun sudah tiga tahun menjalankan praktik itu, Wawan mengaku, aman-aman saja dan tidak pernah ada yang menertibkannya baik dari pihak BI Kediri maupun petugas kepolisian. Pihak BI Kediri beberapa kali mengimbau, agar warga tidak menukarkan uang di luar loket resmi yang ada di lantai dasar kantor BI Kediri. "Bapak dan Ibu sekalian, kami sarankan untuk tidak menukarkan uang di luar loket resmi, karena Bapak dan Ibu akan dikenai biaya tambahan. Dan kami sendiri tidak bertanggungjawab mengenai keasliannya," kata petugas keamanan BI Kediri melalui pengeras suara. Sementara itu, untuk mengantisipasi membludaknya masyarakat yang akan menukarkan uang, BI Kediri telah mengoperasikan loketnya tidak lagi dua kali dalam sepekan, tapi setiap hari mulai tanggal 15 hingga 25 September 2008 mulai pukul 08.00 hingga 11.00 WIB. Deputi Pemimpin BI Kediri, Marlison Hakim mengatakan, pihaknya menyediakan Rp550 miliar uang baru dari berbagai pecahan untuk melayani penukaran masyarakat di eks karesidenan Kediri dan Madiun. "Jumlah ini meningkat 52 persen dibandingkan tahun lalu, dikarenakan permintaan uang baru pada Ramadan tahun ini baik dari masyarakat, perbankan, maupun perusahaan swasta meningkat tajam," katanya. (*)

Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2008