Penurunan ini karena permintaan global yang turun terutama dari AS dan China sejak perang dagang AS-China yang telah berlangsung sejak 17 bulan terakhir
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi masih melanjutkan koreksi yang terjadi sejak awal pekan.
"Pagi ini mata uang kuat Asia yen, dolar Hong Kong dan dolar Singapura kompak dibuka melemah terhadap dolar AS yang bisa menjadi sentimen pelemahan rupiah hari ini," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Rabu.
Dari eksternal, neraca perdagangan Jepang pada Oktober 2019 tercatat surplus 17,3 miliar yen, dari sebelumnya defisit sebesar 456 miliar yen.
Baca juga: Rupiah masih terkoreksi dipicu faktor eksternal
Surplus ini karena ekspor turun 9,2 persen (yoy). Penurunan ekspor Jepang tersebut telah berlangsung selama delapan bulan berturut-turut, dan merupakan penurunan yang terdalam sejak tiga tahun terakhir.
"Penurunan ini karena permintaan global yang turun terutama dari AS dan China sejak perang dagang AS-China yang telah berlangsung sejak 17 bulan terakhir," ujar Lana.
Namun di sisi impor juga tercatat turun tajam 14,8 persen (yoy). Penurunan ini juga telah terjadi selama enam bulan berturut-turut. Penurunan energi terutama berasal dari impor bahan bakar mineral (-24,9 persen yoy) yang digunakan sebagai bahan sektor manufaktur
Lana memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.090 per dolar AS hingga Rp14.110 per dolar AS.
Pada pukul 10.20 WIB, rupiah masih melemah 6 poin atau 0,05 persen menjadi Rp14.097 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.091 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu ini menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.097 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.091 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Rabu pagi menguat 6 poin
Baca juga: Rupiah lanjut melemah, dipicu sentimen negatif domestik dan eksternal
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019